Rasulullah Saw. dalam salah satu hadis mengatakan bahwa pada saat salat id, gunakan pakaian terbaik, bukan harus pakaian baru, tetapi bagi masyarakat umum, pakaian terbaik diartikan sebagai pakaian baru. Hal ini yang menyebabkan budaya konsumtif tidak dapat dihindari pada saat Ramadan dan lebaran. Sedangkan Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. Hal yang berlebihan biasanya mubazir, dan yang mubazir adalah temannya setan. Hal itu sudah tergambar pada Alquran.
Ramadan, hal yang sakral dalam bayang-bayang komersial. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri alias tidak dapat disangkal jika melihat fenomena yang berkembang di masyarakat. Media baik TV maupun media sosial menjadi sumber referensi utama untuk menawarkan barang-barang dagangan atau produk sebuah perusahaan.
Pengendalian diri. Itulah satu-satunya jalan agar tidak terhindar dari pemborosan  dan konsumerisme pada saat Ramadan dan lebaran. Pedagang dan pengusaha apapun akan mengatakan bahwa produknya yang paling baik, produknya yang nomor satu, menggunakan bintang ikla yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik untuk menarik pembeli. Itu adalah strategi marketing. Para konsumen harus menjadi consumen yang cerdas dan bijak dalam berbelanja.
Jangan sampai Ramadan yang sakral berlalu begitu saja, tanpa ada kesan atau kesuksesan secara amaliah. Malah justru berlomba-lomba dalam hal fisik dan penampilan yang sama sekali tidak ada relevansinya dengan tujuan berpuasa.
Penulis, Praktisi Pendidikan, Pemerhati Masalah Sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H