Diantara potret nyata bahwa menulis belum menjadi passionsebagian besar guru, ada sebagian kecil guru yang memiliki semangat dan kemauan untuk berkarya dan keluar dari zona nyaman. Mereka mau meluangkan waktu, mengeluarkan biaya dan tenaga untuk mengikuti pelatihan menulis KTI, khususnya buku. Cita-cita mereka hanya satu, ingin bisa menerbitkan buku. Hakikat bahagia bagi mereka adalah ketika mampu menulis dan menerbitkan buku. Mungkin berawal dari menulis secara “keroyokan” hingga suatu saat mampu menerbitkan buku secara mandiri.
Adanya tren guru-guru yang ingin menerbitkan buku merupakan hal yang positif dan perlu didukung. Saat ini untuk menerbitkan buku tidak sesulit dulu. Ketika naskah sulit menembus penerbit mayor, maka penerit indie bisa menjadi pilihan. Tinggal membayar biaya penerbitannya, sang penulis tinggal menunggu buku terbit. Urusan kebanggaan, pada dasarnya sama saja, penerbit merasa bangga kalau bukunya bisa terbit. Dan pembaca pun pada dasarnya tidak mempersoalkan buku tersebut dicetak di penerbit mayor atau penerbit indie.Ketika bukunya berkualitas, maka akan banyak dicari pembaca.
Saya melihat bahwa menulis buku adalah sarana untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, yaitu berlomba untuk menebar ilmu, ide, dan gagasan kepada khalayak. Ketika satu buku dibaca sekian banyak orang dan banyak yang merasa tercerahkan, termotivasi, dan terinspirasi, maka hal tersebut merupakan sebuah ibadah.
Target menerbitkan minimal satu buku dalam satu tahun adalah hal yang positif, tapi jika dalam satu tahun mampu menerbitkan lebih dari satu buku mengapa tidak? Hal tersebut tentunya jauh lebih baik, karena ide tidak dapat dibatasi, bisa datang kapan saja dan dimana saja. Semakin banyak membaca biasanya ide yang muncul semakin banyak. Banyak membaca juga akan semakin meningkatkan kualitas tulisannya. Bukunya menjadi lebih berisi dan lebih mencerahkan. Berdasarkan kepada hal tersebut, mari menulis buku sebagai sarana untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H