Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Pengais Sampah

9 Desember 2016   16:01 Diperbarui: 9 Desember 2016   16:06 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, di sebuah mesjid di pusat kota
Ditengah hiruk pikuk persiapan shalat Jumat yang tinggal beberapa saat lagi
Kumelihat seorang perempuan paruh baya
Tubuhnya kurus, rambutnya sudah banyak yang memutih
Kulitnya yang sawo matang tampak mulai menghitam karena sering terkena terik matahari
Keringat bercampur debu membuatnya terlihat lusuh

Di hadapannya ada beberapa kantong plastik besar warna hitam berisi sampah
Tampaknya di mesjid tersebut baru selesai diadakan sebuah acara
Dengan penuh semangat, satu demi satu kantong plastik dia bongkar dan dia pilah
Wajahnya sumringah ketika dari dalam tas plastik ada bekas botol air mineral
Dia ambil dan dia masukkan ke dalam karung yang dibawanya

Dalam hatinya mungkin dia berkata "terima kasih Tuhan. Kau telah memberiku rezeki hari ini."
Yang akan ditukar menjadi beberapa lembar uang ribuan dan cukup untuk melanjutkan hidup
Baginya, botol-botol plastik yang ditemukannya ibarat bongkahan emas
Riang dan gembira. Karung sampah akan segera penuh

Dia akan segera menemui sang bandar di tempat penampungan rongsokan
Dia ingin cepat pulang dan beristirahat
Di bedengnga yang terbuat dari kardus-kardus bekas
Baginya, bedeng itu adalah istananya
Tempat istirahat, tempat berbagi cerita, dan tempat membesarkan anak-anaknya

Adzan telah berkumandang
Sang muadzin memanggil jamaah untuk segera memasuki mesjid
Bersimpuh ke hadapan-Nya
Aku pun bergegas meninggalkannya yanh masih asyik mengais sampah
Masih ada beberapa kantong lagi yang belum di bukanya

Perempuan pengais sampah
Kau adalah pahlawan
Pahlawan bagi keluargamu
Dan pahlawan bagi kota
Karena sampah-sampah telah kau ambil
Walau mengais sampah
Tapi kau tetap mulia
Jauh lebih mulia dari "sampah-sampah berdasi" yang menggerogoti keuangan negeri

#idrisapandi, 09122016. 13.28.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun