Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Globalisasi, MEA, dan Penguatan SMK

23 September 2016   09:32 Diperbarui: 23 September 2016   09:56 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang siswa SMK sedang praktek. (Foto : http://papasemar.com/)

Oleh:

IDRIS APANDI

Salah satu kebijakan dalam bidang pendidikan yang dibuat oleh Presiden Jokowi Widodo adalah penguatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penguatan tersebut dalam bentuk penataan kurikulum SMK agar sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan tenaga kerja. Fokus utama SMK memang menyiapkan lulusan yang mampu bersaing di pasar dunia kerja. Era globalisasi dan pemberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) berdampak terhadap perlu ditingkatkannya daya saing bangsa agar tidak menjadi penonton di negeri sendiri dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

Penataan kurikulum SMK yang telah ditetapkan pada kurikulum 2013 tampaknya belum memuaskan presiden Joko Widodo. Oleh karena itu, Jokowi memerintahkan kepada Mendikbud yang baru, Muhadjir Effendi untuk melakukan penataan kurikulum SMK agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pasar kerja.

Penguatan SMK meliputi penambahan, penyelarasan, atau penyesuaian kompetensi keahlian, jenis dan jumlah mata pelajaran khususnya mata pelajaran produktif, peningkatan kompetensi guru, melengkapi sarana dan prasana, dan sebagainya. Bak jamur di musim hujan, beberapa tahun terakhir memang banyak sekali berdiri SMK baik status negeri maupun swasta. Kebijakan pemerintah saat itu memang memberikan peluang untuk mendirikan SMK lebih banyak dan membatasi pendirian SMA yang dinilai sudah terlalu banyak.

Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 mencatat jumlah SMK di Indonesia tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 11.726 sekolah, tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 10.673 sekolah, dan tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 10.256. Data tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah SMK dalam tiga tahun terakhir.

Di tengah semangat pemerintah untuk memperkuat sektor maritim, pertanian, pariwisata, dan ekonomi kreatif, maka perlu didirikan SMK-SMK baru atau penambahan program kompetensi di SMK yang sudah ada sebelumya. Dan itu pun harus disesuaikan dengan karakterististik daerahnya. Misalnya, di daerah pesisir tentunya lebih relevan jika didirikan SMK maritim atau kelautan.

Menurut Saya, lulusan SMK bukan hanya dipersiapkan menjadi tenaga kerja siap pakai, tetapi juga bisa menjadi menghasilkan satu produk atau karya yang bernilai jual atau juga bisa dikembangkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, lulusan SMK perlu juga dibekali kemampuan berwirausaha atau menciptakan lapangan kerja mengingat terbatasnya lapangan kerja.

BPS tahun mencatat angka pengangguran tertinggi berasal dari lulusan SMK dengan 12,65 persen. Kemudian untuk pendidikan Sekolah Dasar (SD) tercatat sebesar 2,74%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 6,22%, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 10,32%. Menteri tenaga kerja Hanif Dakhiri menyataan bahwa banyaknya lulusan SMK yang menganggur disebabkan oleh dua hal. pertama ketersediaan lapangan kerja. Dan kedua, kompetensi kejuruan yang dimiliki lulusan SMK belum cocok dengan lapangan kerja yang tersedia. (detik.com, 06/11/2015).

Link and Match

Salah salah satu bentuk penguatan SMK adalah keterkaitan dengan kesepadanan (link and match).Konsep ini pertama kali diperkenalkan tahun 1990-an pada masa Mendikbud Wardiman Djojonegoro. Menurut Wardiman, setiap lulusan harus wawasan atau sikap kompetitif, seperti etika kerja (work ethic), motivasi mencapai (achievement motivation), penguasaan (mastery), sikap berkompetensi (competitiveness), arti uang (money beliefs), sikap menabung (attitudes to saving).

Untuk menghasilkan lulusan SMK yang benar-benar berkualitas, maka pemerintah disamping benar-benar mengoptimalkan dan mengontrol pelaksanaan pendidikan pada SMK yang telah berdiri, juga harus memperketat pendirian SMK baru, karena kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak SMK yang justru tidak memiliki guru yang relevan dan tempat praktek (workshop) dan laboratorium yang sesuai dengan standar, sehingga akibatnya proses pembelajaran tidak berjalan dengan optimal.

SMK seharusnya memiliki mitra (stakeholders)dalam hal ini Dunia Usaha dan Dunia Iindustri (DUDI), atau instansi terkait lainnya dalam operasional pendidikannya, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau Praktek Kerja Industri (Prakerin) bagi para siswanya. Bahkan para stakeholderstersebut perlu dilibatkan dalam penyusunan kurikulum sekolah agar profil lulusan sesuai dengan kebutuhan duni kerja.

PKL/Prakerin

Praktek Kerja Industri (PKL) dan Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah sarana bagi siswa-siswa SMK untuk belajar, berlatih, dan mencari pengalaman di sebuah instansi atau perusahaan agar dia benar-benar siap menghadapi dan beradaptasi dengan dunia kerja. PKL/Prakerin biasanya dilaksanakan selama beberapa bulan.

Idealnya, para siswa difasilitasi mencari tempat PKL atau Prakerin yang relevan bagi siswa-siswanya, tetapi realitanya, masih ada SMK yang membiarkan siswa mencari tempat PKL/Prakerin sendiri. Siswa hanya dibekali surat pengantar mencari tempat PKL/Prakerin. Hal ini tentunya kurang baik, dan kualitas tempat prakerin juga belum tentu sesuai untuk meningatkan kompetensi siswa.

Ada kalanya siswa peserta PKL/Prakerin disebuah institusi hanya jadi tukang disuruh-suruh, mengagenda surat, tukang foto copy, atau hanya menunggu meja resepsionis. Hal itu tentunya menyebabkan siswa tidak memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman yang dia butuhkan. Agar kasus tersebut tidak terjadi, pihak sekolah, utamanya SMK-SMK yang baru berdiri seharusnya dapat mengantisipasinya dengan melakukan perjanjian atau kesepakatan (MoU) dengan instansi-instansi atau perusahaan yang relevan agar para siswanya tidak kesulitan atau kebingungan mencari tempat PKL/Prakerin.

Jika seorang siswa peserta praktek menunjukkan kinerja yang baik, perusahaan tempatnya praktek sudah memesan ketika dia lulus, dia akan direkrut menjadi karyawan. Lulusan yang  berkualitas tentunya disamping menguntungkan lulusannya itu sendiri, juga dapat meningkatkan nama baik sekolah. Dampaknya sekolah tersebut banyak diminati oleh masyarakat dan dunia kerja.

Peningkatan Kompetensi Guru

Hal yang sangat penting dalam penguatan SMK adalah peningkatan kompetensi gurunya. Antara lain, melalui In House Training(IHT), pelatihan, kursus, magang, seminar, studi banding, atau penyesuaian kompetensi guru agar mampu melaksanakan tugas dengan profesional. Idealnya memang guru yang mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya, tetapi kadang ada mata-mata pelajaran tertentu yang sulit mencari guru yang sesuai, oleh karena itu guru yang ada diberdayakan meskipun latar belakang pendidikannya tidak sesuai (miss match).

Penguatan SMK semoga dapat benar-benar menghasilkan lulusan yang berkualitas yang berimplikasi terhadap tersedianya tenaga kerja yang berkualitas dan dapat bersaing di era globalisasi, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan dapat menjadi wirausaha.

Penulis, Praktisi Pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun