Hal lain yang dimunculkan dari kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail adalah sikap rela berkorban, sebuah sifat yang saat ini sangat jarang ditengah semakin membudayanya sikap egois dan individualistis. Orang lebih banyak menuntut haknya dibandingkan dengan melaksanakan kewajibannya. Lebih sering bertanya apa yang bisa diberikan negara kepadanya daripada apa yang bisa diberikannya kepada negara.
Para pemimpin juga banyak yang mengatasnamakan rakyat untuk keuntungan diri dan kelompoknya. Bertindak aji mumpung, korupsi, dan memperkaya diri atau kelompoknya. Para pemimpin harus banyak berkaca kepada Nabi Ibrahim dan Ismail untuk kembali menyadarkan dirinya tentang misi seorang pemimpin dimana salah satunya adalah rela berkorban untuk kepentingan rakyat yang dipimpinnya.
Di beberapa daerah memang telah muncul pemimpin yang pro rakyat dan dicintai rakyatnya, tetapi di sisi lain, kita pun tidak dapat menutup mata banyak pemimpin yang terlibat narkoba, korupsi, dan melakukan perbuatan asusila. Semoga momentum idul adha dapat melahirkan “metamorfosis” Nabi Ibrahim AS dan Ismail untuk kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Penulis, Praktisi Pendidikan, Pemerhati Masalah Pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H