Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengenal Bale Panyawangan Diorama, Wisata Sejarah dan Edukasi di Purwakarta

4 Agustus 2016   22:50 Diperbarui: 4 April 2017   17:44 1839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika Anda jalan-jalan ke Purwakarta, jangan sampai melewatkan untuk berkunjung ke Bale Sawangan Diorama Purwakarta. Gedung yang terletak di jalan KK Singawinata tersebut merupakan tempat yang berisi tentang berbagai hal yang memiliki nilai sejarah sekaligus edukasi mulai dari sejarah tatar sunda, sejarah nasional, sejarah Purwakarta, biografi bupati dan wakil bupati Purwakarta dari masa ke masa, daftar ketua DPRD Purwakarta dari masa ke masa, tempat-tempat wisata di Purwakarta, koleksi wayang, sampai kepada berbagai informasi pembangunan Kabupaten Purwakarta pada masa kepemimpinan Bupati Dedi Mulyadi.

Bangunan ini dikelola oleh Kantor Arsip Daerah Kabupaten Purwakarta tersebut diresmikan pada tanggal 21 Februari 2015. Informasi yang terdapat pada leaflet yang dibuat oleh Kantor Arsip Daerah Purwakarta menyebutkan bahwa pembangunan Bale Sawangan Diorama Purwakarta diprakarsai oleh Bupati Dedi Mulyadi. 

Tujuan dari pembangunan gedung ini adalah untuk mengangkat peranan arsip sebagai bagian penting dari proses kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Bale Panyawangan Diorama Purwakarta merupakan ungkapan sejarah dan perkembangannya dari masa ke masa yang ditampilkan melalui perpaduan arsip, seni, dan teknologi. Penggubahan karya seni dengan sentuhan teknologi adalah memperkenalkan arsip kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami dan menarik.

Gedung ini buka dari Senin dengan Jum’at pukul 09.00 s.d. 15.00 WIB, dan Sabtu-Minggu pukul 09.00 s.d. 13.00 WIB. Gratis. Tinggal daftar saja, atau konfirmasi sebelumnya kepada pihak pengelola. Gedung ini dibagi menjadi sembilan ruangan, yaitu:

  • Bale Prabu Maharaja, menyajikan sejarah tatar Sunda;
  • Bale Prabu Niskala Wastukancana, merupakan hall of fameyang menampilkan sosok para pemimpin Purwakarta;
  • Bale Prabu Nawiskala, menggambarkan Purwakarta pada masa pengaruh Mataram, VOC, dan Hindia Belanda, dalam rentang waktu tahun 1620-1799;
  • Bale Prabu Ningratwangi, menyajikan Purwakarta pada masa  Hindia Belanda tahun 1800-1942;
  • Bale Prabu Jayaningrat, menyajikan keadaan Purwakarta pada masa pergerakan nasional dan masa pendudukan Jepang;
  • Bale Prabu Ratudewata, kmenyajikan keadaan Purwakarta pada masa kemerdekaan dan pasca kemerdekaan tahun 1945-1950, dimulai dengan peristiwa Rengasdengklok, dan pada jaman demokrasi liberal tahun 1950-1959;
  • Bale Prabu Nilakendra, menampilkan Purwakarta pada masa demokrasi terpimpin tahun 1950-1967;
  • Bale Prabu Surawisesa, menyajikan Purwakarta pada masa pemerintahan 1968-1998  serta arus reformasi 1998 hingga sekarang;
  • Bale Ki Pamanah Rasa, menggambarkan “Digjaya Purwakarta Istimewa” 2008-2018.

Leaflet Bale Panyawangan Purwakarta. (Foto : Dokpri).
Leaflet Bale Panyawangan Purwakarta. (Foto : Dokpri).
Leaflet Bale Panyawangan Purwakarta. (Foto : Dokpri).
Leaflet Bale Panyawangan Purwakarta. (Foto : Dokpri).
Gedung ini sangat mudah dijangkau karena terletak di pusat kota. Menuju ke lokasi bisa menggunakan kendaraan pribadi atau juga kendaraan umum (angkot). Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit dari  tempat penginapan, akhirnya Saya pun sampai ke lokasi.

Tampak dari luar, gedung tersebut terlihat megah dan artistik. Lalu Saya pun masuk ke gedung ke halaman Bale Penyawangan. Di depan pintu masuk ada petugas yang menyambut. Saya dipersilakan masuk dan diantar ke meja resepsionis. Dua orang petugas resepsionis menyambut Saya dengan ramah. Mereka lalu meminta Saya untuk mengisi buku tamu. Selain mengisi buku tamu, Saya pun diwajibkan untuk menitipkan tas ke petugas.

Di ruangan setelah pintu masuk, terpampang ukiran dari kuningan Bupati-bupati Purwakarta pertama sampai dengan saat ini. Tercatat ada delapan Bupati yang pernah memimpin Purwakarta, yaitu; 1. RHS. Ronggo Waluyo (1968-1969), 2. Kol. Inf. RHA Muchtar (1969-1979), 3. RA. Abu Bakar (1979-1980, dan 1982-1983), 4. Letkol. AU Dasuki (1980-1982), 5. Drs. RH. Soedarna TM, SH, (1983-1993), 6. Drs. H. Bunyamin Dudih, SH (1993-2003), 7. Drs. H. Lili Hambali Hasan, M.SI (2003-2008), dan 8. H. Dedi Mulyadi SH, (2008-2018). 

Selain daftar nama-nama Bupati Purwakarta, pada ruangan tersebut juga terdapat sebuah layar sentuh yang berisi profil atau keterangan bagian-bagian yang ada di Bale Panyawangan.

Ukiran logam daftar nama bupati Purwakarta. (Foto : Dokpri).
Ukiran logam daftar nama bupati Purwakarta. (Foto : Dokpri).
Dan tourpun mulai. Saya ditemani oleh seorang petugas atau guide menyusuri tiap bagian pada gedung tersebut. Sang guide menjelaskan secara rinci kepada Saya benda, gambar, atau informasi baik yang ada pada dinding atau pun pada layar digital. Sebagai orang yang pertama kali datang kali datang ke tempat tersebut, Saya sangat kagum dengan kelengkapan, tampilan, dan penataan arsip-arsip tersebut. Mungkin ini gedung arsip tercanggih yang pernah ada di Jawa Barat.

Buku Bisa Bicara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun