Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dedi Mulyadi, Bob Sadino, dan “Kegilaan” Mereka

15 Juli 2016   01:01 Diperbarui: 15 Juli 2016   01:11 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saya katakan orang gila itu adalah orang baik. Ceuk Saha (kata siapa)? Ceuk nu Gelo (kata orang gila). Indonesia tidak akan merdeka kalau tidak ada orang gila. Tentara yang menyerang Belanda itu orang-orang gila. Kumaha perang melawan bedil jeung bambu runcing? (bagaimana perang melawan senjata oleh bambu runcing)?” (Kang Dedi Menyapa, 2013: 17)

Tulisan ini terinspirasi oleh Buku Kang Dedi Menyapa (2013). Ketika Saya baru membaca buku tersebut beberapa belas halaman, Saya tertarik dengan sebuah kalimat sebagaimana Saya kutip di atas. Saya berhenti membaca sejenak, dan merenung. 

Dalam hati, Saya bergumam “Kang Dedi ada benarnya juga, segila-gilanya orang ternyata ada manfaatnya.”Gila di sini tentunya dalam tanda petik, bukan gila dalam artian menderita sakit jiwa. Ucapan “gila” juga kadang diucapkan sebagai rasa takjub atas sebuah kenekatan, pekerjaan, atau prestasi yang menurut kita mustahil untuk dilakukan. Tentunya kita masih ingat dengan potongan dialog film Warkop DKI, “Gile lu dro..”

Membaca tulisan tersebut, Saya berpikir Kang Dedi memang seorang pemimpin yang “gila”, dalam artian berani mendobrak kebiasaan-kebiasaan yang bersifat formalistik, normatif, dan terlalu “text book.”.Kang Dedi tipe pemimpin yang“out of the box.”,membuat keputusan dengan cepat, taktis, dan tidak “tunduk” kepada angka-angka APBD. Misalnya kalau ada orang sakit, perlu segera dibantu, tapi anggaran di APBD tidak ada, apakah mau dibiarkan? Nunggu dianggarkan di APBD dan dibahas bersama DPRD? Mungkin orang itu keburumeninggal.

Inilah yang tidak diharapkan oleh Kang Dedi. Orang sakit yang harus cepat ditolong. Bagaimana caranya? Itulah tugas pemimpin untuk mencari solusi. “Kegilaan” Kang Dedi dalam memimpin Purwakarta didasarkan atas prinsip yang teguh dan kokoh, yaitu ingin membangun, melayani dan menyejahterakan rakyatnya.

Baginya, kalau masih ada rakyat yang antri beras raskin, antri daging kurban, berarti dia telah gagal memimpin Purwakarta. Negara harus hadir dalam melindungi dan menjamin kehidupan rakyatnya. Dedi memimpin dengan gayanya yang nyelenehmeskipun ada sebagian pihak yang menentangnya, karena belum dapat “membaca” arah pikiran pengagum sosok Gus Dur ini.

Karena “kegilaannya”, Kang Dedi berhasil membangun Purwakarta dengan cepat, mendapatkan penghargaan sebagai salah satu kabupaten terbaik di Indonesia, menjadi rujukan dalam membangun budaya toleransi, dan melestarikan budaya sunda, sehingga karena prestasinya tersebut diundang untuk pidato di Markas PBB di New York Amerika Serikat. Kang Dedi telah membuat Purwakarta mendunia.

Filosofi “orang gila” Kang Dedi mengingatkan Saya kepada “orang gila” lainnya, yaitu sosok almarhum Bob Sadino, seorang pengusaha yang tampil nyentrikdengan selalu menggunakan celana pendek ini sukses karena menjalankan usaha dengan dengan cara-cara yang “gila”, melawan teori-teori binis yang sudah umum dipelalajari di kampus-kampus. Bob Sadino membuat teori sendiri dalam menjalankan bisnisnya, dan hasilnya sangat luar biasa. Usahanya maju pesat.

Bob Sadino terkenal dengan 10 tips “gila” dalam berbisnis, yaitu:

  • Cobalah untuk melangkah tanpa memiliki tujuan. “Dengan adanya tujuan, maka seseorang hanya tertuju pada satu titik yang namanya tujuan. Dia tidak akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang melebihi titik tersebut. Padahal potensi setiap orang sangat mungkin melewati titik tersebut. Jadi sayang dong kemampuan saya, bila harus dipaku oleh tujuan.”
  • Orang sukses tidak pernah menekankan rencana pada bisnisnya. Ia lebih menekankan prinsip “mengalir saja”. “Rencana itu cuma berlaku buat mereka yang belajar manajemen. Dari A, B, C, D, sampai Z. Padahal dalam bisnis tidak ada yang seperti itu, bisnis tidak mungkin lurus dan runut saja. Tapi sayangnya di sekolah kita sudah terlalu sering diajarkan bikin rencana. Padahal rencana itu racun, bencana!”
  • Jangan merasa lebih dari orang-orang di sekitar kita. Menjalani hidup dengan sederhana membuat bahagia sebagai manusia. Bob Sadino berkata : “Saya hanya penganggur. Tapi saya bisa ekspor ribuan ton ke Jepang. Saya punya kemchick sebagai supermarket, kemfood untuk daging olah dan saya punya 1.600 orang yang bekerja di perusahaan saya. Mau ngapain lagi saya? Jadi saya nganggur.”
  •  Menjadi diri sendiri. “Saya tidak pernah mau membagikan kunci sukses saya. Karena sekali lagi, semua itu ya mengalir saja. Lagipula kalau orang meniru saya, apa bedanya mereka dengan mesin fotokopi? Hina sekali jadi fotokopinya Bob Sadino. Kalau ada orang yang bertanya pada saya, saya bilang, “Ya jalankan saja. Alami saja pengalaman yang Anda alami.”
  • Berani mencoba. Ketika ia menjalani bisnis telur ayam negeri, ia bersaing sangat ketat dengan bisnis telur ayam kampung yang saat itu telah mendominasi pasar di Indonesia. Namun Bob tidak menyerah, ia berhasil menjual dan berbisnis telur ayam negeri dengan target pasar orang asing di sekitar Kemang.
  • Jangan bangga menjadi orang berada. Cobalah untuk melakoni bisnis dari bawah. Bob Sadino memulai usaha dari menjadi pengusaha dan sopir mobil Mercedes sewaan, tukang batu dengan upah minim, sampai menjadi seorang peternah ayam negeri.
  • Kuliah ada sebuah kesia-siaan. Kuliah sama dengan memasukkan “sampah” ke otak kita. “Kalau mahasiswa IPK nya sudah 3 koma itu alamat jadi karyawan saja-lah. Kalau mau jadi pengusaha, IPK jeblok saja. Karena dengan begitu mau tak mau kamu akan ditolak perusahaan dan terpaksa membuka usaha sendiri.”
  • Jadilah pengusaha yang mau gagal dan rugi. “Orang sudah terlalu terbiasa berpikir secara linier. Kalau mau usaha, pasti mencari untung; mencari berhasil. Padahal dalam usaha itu ya pasti ada rugi dan gagal toh? Bagi kamu yang mau berhasil, justru cari kegagalan sebanyak-banyaknya. Sebab keberhasilan itu hanyalah sebuah titik di puncak gunung kegagalan.”
  • Jangan jadi orang yang banyak perhitungan. Lakukan saja. “Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Padahal yang penting adalah action!” “Kalau kita mencari untung duluan, usaha belum tentu dilakukan karena takut rugi. Tapi kalau mencari rugi, usaha pasti dilakukan karena ga takut untung;
  • Pebisnis harus nyentrik. Tapi nyentrikdisini adalah tentang cara dan sikap kita sebagai seorang pengusaha. (Sumber : http://mebiso.com).

Dedi Mulyadi dan Bob Sadino adalah dua orang “gila” pemberi inspirasi. Oleh karena itu, mereka sering diundang untuk mengisi seminar, kuliah, atau dialog menyampaikan kisah sukses di bidangnya masing-masing. Ingin jadi orang sukses? Belajarlah tentang filosofi “gila” dari dua tokoh tersebut.

Penulis, Praktisi Pendidikan, Pemerhati Masalah Sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun