Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manfaat di Balik Fasilitas Satu Kelas Satu Toilet

13 Juli 2016   02:22 Diperbarui: 13 Juli 2016   02:32 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Anda berkunjung ke sekolah di wilayah Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, maka Anda akan menemukan sekolah yang telah memiliki toilet di ruang kelasnya. Saya tidak memiliki data rinci berapa sekolah yang telah memiliki toilet di kelas, tetapi setidaknya di beberapa sekolah yang pernah Saya kunjungi telah dilengkapi toilet di kelasnya.

Dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana bahwa sebuah sekolah Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.

Menurut Saya, dibangunnya toilet di kelas memberikan sejumlah manfaat, antara lain: pertama,supaya siswa tidak perlu keluar kelas, sehingga waktu bisa lebih efektif. Biasanya jarak antara kelas dengan toilet siswa jauh sehingga siswa memerlukan waktu untuk pergi dan pulang dari toilet, belum lagi kalau mengobrol dengan temannya, menelepon dulu, atau pergi ke kantin dulu. Kadang siswa yang mengantuk pun dapat dengan mudah pergi ke toilet untuk cuci muka.

 Kedua, menghindari antrian siswa yang ingin menggunakan toilet. Terbatasnya jumlah toilet di sekolah kadang membuat antrian alias saling menunggu. Menunggu adalah hal yang membosankan, apalagi kalau sudah kebelet, tentunya akan sangat menyiksa. Menahan buang air telalu lama berdampak kurang baik terhadap kesehatan.

Ketiga, menghindari siswa yang menyalahgunakan kesempatan dengan dalih izin ke toilet. Masih ingat kasus kecurangan pada saat UN? Salah satu modusnya adalah dengan berpura-pura ke toilet. Selain itu, minta izin ke toilet hanya sebagai alasan karena bosa dengan pembelajaran yang sedang berlangsung, janjian ketemu sama temannya, atau hanya sekedar main-main di luar kelas.

Keempat, menanamkan tanggung jawab untuk menjaga kebersihan toilet kelas sendiri. Kalau toilet kotor atau bau, maka dapat dipastikan bahwa pelakunya adalah siswa dari kelas yang bersangkutan. Menjaga kebersihan adalah perintah agama. Bukan menjaga kebersihan adalah sebagian dari Iman? Toilet yang bersih tentunya akan nyaman digunakan. Dan kadang kalau toiletnya bersih, orang senang berlama-lama di toilet.

Jika kita perhatikan, di sekolah-sekolah tertentu toilet siswa termasuk bagian yang kurang diperhatikan kebersihannya. Kondisinya kotor, bau, dan banyak coretan. Siswa yang menggunakan toilet banyak yang kurang memiliki tanggung jawab untuk membersihkan toilet yang digunakan. Tapi di sekolah-sekolah tertentu, kondisi toiletnya cukup bersih dan nyaman digunakan. Bagi Saya, karakteristik seseorang salah satunya dapat dilihat dari bagaimana dia memperlakukan toilet.

Toilet adalah fasilitas yang vital dan mutlak perlu ada di sekolah. Di luar sekolah-sekolah yang kondisinya sudah cukup baik, di beberapa sekolah yang pernah Saya datangi di beberapa daerah, kondisi toiletnya ada yang kurang bahkan sama sekali ada yang belum memiliki toilet. Jika ingin buang air, maka siswa pergi ke kebun dekat sekolah, sementara kalau gurunya ingin buang air menumpang ke tetangga. Hal tersebut terdengar ironis, tetapi faktanya memang ada.

Pihak sekolah bukannya tidak tahu atau tidak menyadari pentingnya toilet di sekolah, tetapi karena keterbatasan dana, pihak sekolah belum mampu membangun toilet yang representatif. Kalau pun, ada, toilet yang dibangun adalah alakadarnya, yang penting bisa digunakan untuk buang air. Dan toilet yang ada pun kadang kondisinya sudah kurang layak.

Toilet buka hanya sebuah fasilitas, tetapi dibalik itu ada nilai-nilai yang pendidikan yang dapat ditanamkan kepada siswa. Oleh karena itu, guru, apalagi guru PAUD atau SD perlu mengajarkan tata cara menggunakan toilet kepada siswa. Berawal dari diajarkan, lalu menjadi kebiasaan yang sudah tertanam pada diri masing-masing siswa.

Mengajarkan tata cara menggunakan toilet bukan hanya berkaitan dengan cara buang air dan cara membersihkannya, tetapi juga berkaitan dengan cara menghemat air, karena air sangat penting bagi kehidupan, apalagi saat ini debit air dibumi semakin menyusut. 

Selain itu, saat ini pun sudah krisis air bersih karena sudah banyak tercemar limbah. Untuk menghemat air, di luar negeri, di toilet tidak disediakan air untuk membersihkan anggota badan tempat keluarnya kotoran, tapi hanya disediakan tissue. Orang Indonesia khususnya yang beragama Islam, tentunya akan merasa tidak nyaman karena kotoran adalah najis yang lebih utama dibersihkan dengan air. Toilet juga ada yang menggunakan sensor. Air akan keluar jika lampu sensor menyala. Dengan demikian, menggunakan toilet perlu ada edukasinya.

Penulis, Praktisi Pendidikan, Pemerhati Masalah Sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun