Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lailatul Qadar, Sebuah “THR” Spiritual

26 Juni 2016   00:05 Diperbarui: 26 Juni 2016   00:09 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malam Lailatul qadar. (Ilustrasi : http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/)

Oleh:

IDRIS APANDI

Tidak terasa, puasa ramadhan telah memasuki hari ke-21. Sebagian ulama mengatakan bahwa sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan sebagai pembebasan dari api neraka. Pada sepuluh hari terakhir ramadhan tersebut, ada sebuah malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar.  

Waktunya kapan? Hanya Allah yang tahu. Para ulama hanya bisa menduga-duga kapan datangnya malam lailatu qadar,yaitu pada malam-malam ganjilyang ditandai dengan fenomena alam yang menyertainya. Rasulullah SAW memberikan contoh pada sepuluh malam terakhir banyak beri’tikaf dan bermunajat kepada Allah. Oleh karena itu, setiap muslim diharapkan dapat berburu malam lailatul qadar.

Pada sepulun hari terakhir ramadhan, umat Islam yang melaksanakan ibadah puasa sudah disibukkan dengan hiruk pikuk persiapan lebaran, mulai dari menyiapkan logistik mudik, membeli pakaian baru, membuat kue-kue lebaran, dan sebagainya. Faktanya, di sepuluh hari terakhir ramadhan tersebut, mesjid-mesjid semakin lengang dengan jamaah yang shalat tarawih, sedangkan pasar dan mall semakin penuh dengan orang-orang yang membeli kebutuhan lebaran.

Menjelang lebaran, pegawai juga mengharapkan THR dari perusahaannya untuk menambah biaya lebaran. Biasanya jumlah THR yang diterima disesuaikan dengan kemampuan perusahaan, jabatan, masa kerja, atau pertimbangan lainnya. Walau demikian, tentunya mereka berharap mendapatkan THR yang besar karena semakin besar jumlah THR yang diterima, maka semakin tebal kantong mereka.

Hiruk pikuk manusia memikirkan THR urusan dunia kadang kala melupakan “THR” yang sebenarnya telah dipersiapkan oleh Allah SWT, yaitu lailatul qadar.Lailatul qadar adalah malam dimana seorang hamba mendapatkan bonus yang sangat luar biasa, yaitu senilai beribadah seribu bulan atau sekitar 83 tahun, dan seorang manusia belum tentu diberikan umur sampai dengan 83 tahun. Dengan demikian, lailatul qadaradalah sebuah kesempatan yang sangat luar biasa bagi setiap muslim untuk menambah pundi-pundi amal ibadahnya.

Tidak salah manusia mengharapkan THR karena memang de facto membutuhkannya. Walau demikian, “THR” dari Allah, yaitulailatul qadar sebenarnya jauh sangat berharga, sehingga jangan sampai diabaikan. Dengan kata lain, THR dari perusahaan didapatkan, dan “THR” dari Allah pun diperoleh. Jika THR dari perusahaan adalah sebagai bentuk bantuan dan penghargaan dari loyalitas seorang pegawai, sedangkan lailatul qadaradalah keutamaan yang diberikan Allah kepada makhluk yang dengan penuh pengharapan dan keikhlasan bersimpuh, bersujud, dan memohon ampunan pada-Nya terhadap dosa-dosa yang telah dilakukannya.

Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW, pada sepuluh malam terakhir, setiap muslim sangat disarankan untuk mengisinya dengan i’tikaf di mesjid. Aktivitas i’tikaf diisi dengan shalat malam, tadarrus Al-Qur’an, berdo’a, berdzikir, istighfar,dan muhasabahsebagai sarana untuk memperbaiki diri. Dampak dari i’tikaf nantinya diharapkan dapat tercermin dalam peningkatan kualitas perubahan akhlak yang semakin baik. Dengan kekuasaan Allah, orang yang beribadah atau beri’tikaf bertepatan dengan malam lailatul qadar,dia akan mendapat kemuliaan beribadah selama seribu bulan.

Saya mengibaratkan lailatu qadarsebagai sebuah “THR spiritual” yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya yang terpilih, yaitu hamba yang dengan sepenuh hati memanfaatkan malam-malam pada sepuluh hari terakhir pada bulan ramadhan dengan beribadah pada-Nya. Walau keutamaannya sangat besar, tetapi tidak setiap muslim tertarik untuk mendapatkannya, karena tantangannya sangat luar biasa. Hanya hamba-hamba-Nya yang memiliki semangat luar biasa, mampu mengalahkan rasa kantuk dan rasa malas dalam beribadah yang mampu melakukannya. Oleh karena itu, jumlahnya sangat sedikit.

Ketika THR di kantor pas-pasan untuk menutupi kebutuhan lebaran, maka lailatul qadarsebagai “THR spritual” menjadi aset atau tabungan amal ibadah bagi setiap muslim selama seribu bulan atau 83 tahun. Berbahagialah hamba Allah yang mampu mendapatkannnya.

Ibarat sebuah tamu, bulan ramadhan akan segera meninggalkan kita. Mari kita bertanya kepada diri kita masing-masing, apakah kita sudah menjamu tamu tersebut dengan baik? Jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan yang tidak memuliakan tamu dengan menyia-nyiakan datangnya bulan ramadhan. Selamat berburu lailatul qadar.Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan kita semua untuk mendapatkannya. Aamiin Yra...

Indramayu, 21 Ramadhan 1437 H/ 26 Juni 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun