Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bercumbu dengan Malam-malam Ramadhan

10 Juni 2016   22:39 Diperbarui: 10 Juni 2016   22:51 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh:

IDRIS APANDI

Ramadhan sudah berlangsung hampir satu pekan. Kita masih berada pada sepuluh malam pertama bulan ramadhan. Umat Islam secara umum tampak masih bersemangat memaksanakan ibadah ramadhan. Dan semoga semangat ibadah tersebut dapat terjaga sampai akhir ramadhan.

Sebagian ulama menyatakan bahwa bulan ramadhan dibagi tiga bagian, sepuluh malam pertama adalah rahmat, sepuluh malam kedua adalah ampunan, dan sepuluh malam terakhir adalah pembebasan dari api neraka. Walaupun berdasarkan penelitian para peneliti hadist, kualitas hadist sebagai dasar yang menyatakan bahwa bulan ramadhan dibagi tiga kualitas hadistnya lemah (dhaif). Saya berpikir bahwa hal tersebut tidak perlu diperdebatkan. Walau pun derajat hadist tersebut lemah, tetapi intinya mengajak kepada setiap umat Islam untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah selama bulan ramadhan.

Bulan Ramadhan adalah bulannya Allah. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman Puasa itu untukku, dan Aku yang akan memberikan pahalanya.”.Dan puasa adalah ibadah yang rahasia, hanya orang yang berpuasa dan Allah yang mengetahuinya. Dengan demikian, kualitas puasa seorang muslim langsung dinilai oleh Allah SWT. Dia-lah yang memutuskan apakah seorang muslim diterima atau tidak.

Ramadhan adalah jamuan dari Allah SWT kepada umat Islam. Dan layaknya sebuah jamuan, maka jamuan tersebut disediakan untuk dinikmati oleh tamu-tamunya, yaitu umat Islam yang berpuasa. Jamuan yang hanya setahun sekali ini tentunya tidak boleh disia-siakan, karena belum tentu tahun depan mendapat kesempatan lagi menikmati jamuan bulan ramadhan. Pada saat Saya menulis tulisan ini saja, Saya mendapatkan kabar ada dua orang yang meninggal dunia. Belum lagi di tempat-tempat lain, di waktu yang sama, mungkin juga ada  meninggal dunia. Oleh karena itu, hal ini menjadi pengingat setidaknya bagi diri Saya sendiri untuk benar-benar memanfaatkan momentum ramadhan ini dengan sebaik-baiknya.

Salah satu cara untuk memanfaatkan momentum bulan ramadhan adalah dengan cara “bercumbu” dengan malam-malam ramadhan. Rasulullah SAW mengajarkan agar malam-malam ramadhan diisi dengan banyak beribadah kepada-Nya. Jari kaki Rasul saja sampai bengkak karena memperbanyak shalat malam (qiyamullail). Dan Rasul semakin meningkatkan aktivitas ibadahnya pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan.

Ibarat seorang pasangan hidup yang sah, cumbulah malam-malam ramadhan dengan penuh kemesraan supaya semakin berkah dan semakin nikmat dalam beribadah. Lakukanlah aktivitas positif yang dapat semakin meningkatkan kualitas ibadah ramadhan. Kurangi tidur, dan perbanyak ibadah. Itulah inti dari “bercumbu” dengan malam-malam ramadhan.

Pada bulan ramadhan ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar.Banyak kaum muslimin yang “berburu” malam tersebut pada sepuluh malam terakhir cara beri’tikaf di mesjid. Sambil i’tikaf, mereka shalat, berdzikir, berdo’a, tadarrusAl-Qur’an, sambil merenung (muhasabah)terhadap segala apa yang telah dilakukan. Ali bin Abi Thalib berkata “hisablah dirimu sendiri sebelum Allah menghisabmu.” Itulah adalah sebuah peringatan bagi setiap umat Islam agar banyak muhasabah untuk dapat memperbaiki diri untuk untuk meningkatkan kualitas ibadah.

Dalam kesunyian, seorang hamba bersimpuh dihadapan-Nya, memohon ampunan pada-Nya. Manusia adalah makhluk yang lemah, disamping suka berbuat baik, manusia juga adalah makhluk pendosa, dan makhluk yang suka lalai menjalankan perintah-Nya.

Dalam sebuah do’a atau puji-pujian terlantun “hamba bukan ahli surga, tapi hamba tidak mau masuk ke neraka-Mu. Lalu ada do’a yang dikenal sebagai do’a Nabi Yunus, yaitu Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim.”(QS Al Anbiya : 87). Lalu ada do’a yang dikenal sebagai do’a Nabi Adam AS, yaitu Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.(QS. Al-A'raf: 23).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun