Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Takjil dan Pesan Damai dari Vihara

9 Juni 2016   23:20 Diperbarui: 10 Juni 2016   10:45 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tradisi yang biasa dilaksanakan pada saat buka puasa adalah makan takjil. Takjil adalah makanan pembatal puasa pada waktu buka puasa. Sangat disarankan berbuka dengan yang manis-manis untuk mengembalikan stamina tubuh setelah seharian berpuasa.

Bagi yang bisa membuatnya sendiri, maka takjil dibuat oleh sendiri, tapi yang ingin praktis, tinggal membeli saja di pedagang takjil yang mendadak marak di bulan puasa. Mesjid-mesjid jami’ menyediakan takjil bagi yang jamaah yang ingin berbuka puasa. Bagi pengguna jalan yang tidak sempat membeli takjil, biasanya ada kelompok masyarakat yang menyelenggarakan acara takjil on the road alias bagi-bagi takjil gratis di jalan. Semuanya dilandasi oleh niat ingin membantu dan menyemarakkan bulan puasa.

Rasulullah SAW pun mengajarkan memberikan makanan buka puasa kepada orang yang berpuasa. Beliau bersabda “Barangsiapa memberikan makanan untuk berbuka kepada yang puasa, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang puasa tanpa mengurangi pahala orang yang puasa itu sedikit pun.” (HR. Tirmidzi). Oleh karena itu, orang yang berkecukupan sangat disarankan untuk dapat memberikan makanan untuk berbuka mengingat keutamaannya yang sangat tinggi.

Semangat memberikan takjil buka puasa bukan hanya dominasi kalangan muslim saja, kalangan non muslim pun bersemangat untuk memberikan takjil atau menyelenggarakan acara buka puasa bersama. Salah satunya yang dilakukan oleh sebuah Vihara Buddha yang berada di Malang Jawa Timur. Vihara tersebut sejak tahu 1998 secara rutin memberikan takjil gratis bagi umat Islam yang berbuka puasa (Merdeka, 09/06/2016). Tujuannya di samping untuk membantu untuk warga masyarakat yang mengalami krisis ekonomi, juga untuk sebagai bentuk toleransi kehidupan beragama. Takjil menjadi sarana pesan damai dan pesan persahabatan dari umat non muslim kepada umat Islam yang berpuasa.

Dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, toleransi memang hal yang perlu dijaga dan dipelihara. Toleransi menjadi alat pemersatu bangsa dan menjadi sarana untuk saling menghargai antarpemeluk agama. Dengan bekal toleransi, maka warga pun dapat hidup rukun, harmonis, damai, dan terhindari provokasi yang berbau SARA.

Kegiatan yang dilakukan oleh vihara tersebut merupakan hal yang positif yang dapat ditiru oleh pemeluk-pemeluk agama lainnya. Di situlah berkah Ramadan. Berkahnya bukan hanya dirasakan oleh umat Islam, tetapi juga umat non muslim. Mereka turut berbahagia dengan cara memberi takjil untuk buka puasa.

Bukan hanya takjil, vihara atau pun tempat ibadah lain juga ada yang menyalurkan 'zakat' atau sedekah untuk kaum miskin. Mereka ingin ikut merasakan suasana Ramadan dan Idul Fitri. Bahkan pada saat Idul Fitri, pengelola tampat ibadah non  muslim membantu menyediakan lahan parkir bagi warga yang akan melaksanakan shalat ied. Ini adalah harmoni yang perlu terus dijaga oleh setiap umat beragama.

Takjil buka puasa, suatu hal yang sederhana, tetapi berdampak luar biasa dalam menciptakan kerukunan umat beragama. Melalui media takjil, umat Islam dan non muslim berbaur, berinteraksi, saling mengenal, dan saling memahami antara satu sama lain. Nilai-nilai inilah yang perlu terus dipupuk dalam hubungan antarumat beragama.

Takjil menjadi simbol semangat gotong royong dan semangat untuk saling membantu. Gotong royong merupakan karakter asli bangsa Indonesia yang saat ini terancam punah terkalahkan oleh sifat-sifat individualistis yang semakin menggejala dalam kehidupan masyarakat.

Takjil menjadi simbol silaturahmi dari umat non muslim kepada umat Islam. Bukankah Islam pun mengajarkan pentingnya silaturahmi? Bukan hanya sesama muslim, tetapi juga antar umat beda agama, dan antar manusia pada umumnya. Berkah dari silaturahmi antara lain memperpanjang usia, menambah rezeki, dan menyehatkan. Memperpanjang usia karena nama kita akan selalu diingat orang lain, menambah rezeki karena ketika silaturahmi, kebiasaan yang dilakukan adalah menjamu tamu atau saling bertukar cindera mata, dan menyehatkan karena silaturahmi melahirkan ketenangan jiwa dan bisa saling mendo’akan antar sesama manusia.

Berkah Ramadan dan takjil buka puasa semoga semoga semakin merekatkan semangat kerukunan, harmoni, perdamaian, dan gotong royong antar umat beragama sebagai modal untuk membangun Indonesia semakin baik di masa yang akan datang. Selamat berpuasa.

Bandung, 9 Juni 2016, catatan malam kelima bulan ramadhan.

Oleh:
IDRIS APANDI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun