Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadhan dan Literasi Al Qur’an

4 Juni 2016   06:22 Diperbarui: 4 Juni 2016   07:14 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh:

IDRIS APANDI

Pada bulan suci ramadhan setiap umat Islam yang beriman diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Tujuannya untuk membentuk pribadi yang bertaqwa dan kembali kepada kesucian (fitrah). Pada bulan ini, pintu surga dibuka dalam artian harus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, dan pahalanya pun dilipatkangandakan sampai ratusan kali lipat.

Pintu neraka ditutup dalam artian setiap orang yang berpuasa diupayakan untuk meminimalisasi perbuatan dosa, dan setan-setan dibelenggu dalam artian orang yang berpuasa disamping wajib menahan lapar dan dahaga, juga wajib menahan godaan setan, menahan syahwat, dan menahan hawa nafsu agar puasanya diterima oleh Allah SWT. Umat Islam jangan sampai termasuk ke dalam golongan orang yang berpuasa tapi hanya mendapatkan lapar dan dahaga karena tidak mampu menahan hawa nafsu.

Selain puasa, umat islam juga dihimbau untuk melengkapi dengan ibadah lainnya seperti shalat tarawih (qiyamullail), membaca (tadarrus)Al-Qur’an, berdizikir, berdo’a, i’tikaf mesjid, dan bersedekah. Dan ada satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar. Oleh karena itu, setiap umat Islam yang berpuasa sangat disarankan “berburu” malam tersebut, utamanya pada sepuluh malam terakhir.

Bulan ramadhan adalah juga bulan diturunkannya Al-Qur’an (nuzulul qur’an) untuk dijadikan sebagai pedoman hidup umat Islam dan pembeda antara yang haqdan yang bathil. Sejak dini, umat Islam diwajibkan untuk mempelajari Al-Qur’an, mulai dari belajar membaca, lalu memahami, dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, bulan ini disebut juga bulan Al-Qur’an.

Hasil penelitian Institut  Ilmu Al-Qur’an tahun 2013 menunjukkan bahwa 65% umat Islam di Indonesia masih buta aksara Al-Qur’an, 35% hanya bisa membaca Al-Qur’an saja, dan hanya 20% yang dapat membaca Al-Qur’an dengan baik. Hal tersebut merupakan fakta yang ironis, memprihatinkan, sekaligus mengkhawatirkan karena umat Islam adalah umat mayoritas dari sekitar 250 jutaan jumlah penduduk Indonesia.

Untuk meningkatkan kemampuan umat Islam dalam membaca Al-Qur’an, maka beberapa tahun yang lalu Kementerian Agama meluncurkan program Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Gemmar Mengaji). Tahun 2015, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meluncurkan Gerakan Jabar Menghafal Al-Qur’an, lalu tahun 2016 Walikota Bandung Ridwan Kamil juga meluncurkan program maghrib mengaji.

Di beberapa daerah pun, kegiatan serupa dijalankan. Pemerintah daerah ada yang memberikan beasiswa bagi penghafal Al-Qur’an. Bahkan, di daerah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), bisa membaca atau hapal Al-Qur’an menjadi syarat untuk menjadi anggota DPRD, kepala daerah, mendaftar menjadi mahasiswa, atau mendaftar menjadi anggota Polri.

Literasi Al-Qur’an

Bulan ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Pada bulan ini, setiap umat Islam yang berpuasa sangat disarankan untuk membaca (tadarrus), meningkatkan kualitas bacaan (tahsin),menelaah, diskusi, atau menghafal (tahfidz)Al-Qur’an. Bahkan pada bulan ramadhan, ada yang memiliki target untuk khatam membaca Al-Qur’an sekian juz atau menghafalnya sekian juz. Ramadhan menambah semangat umat Islam untuk semakin dekat dengan Al-Qur’an.

Dalam konteks literasi, bulan ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk menggerakkan literasi Al-Qur’an. Kegiatan literasi Al-Qur’an dapat dimulai dari pribadi, lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, dan di masyarakat. Kegiatan literasi Al-Qur’an digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang Al-Qur’an. Al-Qur’an ibarat samudera yang sangat luas yang tidak akan pernah habis untuk diarungi. 

Al-Qur’an juga merupakan sarana untuk membaca dan menafakuri tanda-tanda kekuasaan Allah. Ayat-ayat yang tersurat dalam Al-Qur’an kemudian dikaitkan secara kontekstual dengan ayat-ayat yang tersirat dalam bentuk peristiwa atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Aktivitas literasi Al-Qur’an antara lain dapat dilakukan baik sendiri maupun secara berkelompok. Alangkah indahnya jika di sebuah rumah, ayah, ibu, dan anak melakukan tadarrusatautahsinAl-Qur’an bersama-sama. Begitupun di sekolah atau di tempat kerja. Bisa membentuk kelompok tadarrusatau tahsindalam kelompok kecil atau pun besar. Atau jika diperlukan, bisa mengundang orang yang paham Al-Qur’an untuk mengajari membaca Al-Qur’an.

Dengan adanya literasi Al-Qur’an, diharapkan dapat meningkatkan kecintaan, pengetahuan, dan kemampuan umat Islam dalam membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-sehari. Aamiin yra...

Penulis, Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Pegiat Literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun