[caption caption="Gerhana matahari total (Foto ilustrasi : www.radarindo.com)"][/caption]
Â
Tanggal 9 Maret 2016 di Indonesia terjadi Gerhana Matahari Total (GMT). Sejumlah wilayah yang dilalui oleh GMT antara lain Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung. Selain itu, semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara), Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara juga dilintasi. Namun, tidak semua daerah di provinsi itu dilintasi jalur totalitas gerhana. Lama GMT Â di Indonesia 1,5-3 menit.
Gerhana Matahari terjadi saat posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Meskipun bulan berukuran lebih kecil, bayangan bulan mampu melindungi cahaya matahari sepenuhnya karena bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari bumi lebih dekat dibandingkan matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.
Pemerintah, wisatawan, peneliti, dan warga masyarakat secara umum antusias menyambut datangnya GMT. Dengan mata dan kepala sendiri, mereka ingin melihat bagaimana proses GMT terjadi, dimana sinar matahari terhalang oleh bulan, lalu langit pun menjadi gelap beberapa saat, kemudian terang kembali. Itulah peristiwa monumental yang paling dinantikan oleh semuanya, karena hal itu akan terjadi 30 tahunan yang akan datang.
Dari peristiwa tersebut, setidaknya ada dua pesan yang dapat kita ambil. Pertama, pesan spiritual, dan kedua pesan pendidikan sains. Pesan spiritual, maksudnya adalah adalah GMT merupakan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Matahari dan bulan adalah dua dari sekian banyak tanda kebesaran dan kekuasan-Nya.
GMT harus menjadi sarana bagi manusia, khususnya setiap muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, semakin yakin akan kebesaran dan kekuasaan Allah. Semakin yakin bahwa Dia adalah Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Mengatur segala sesuatu yang ada dan terjadi di muka bumi. Planet, bintang, dan bulan yang berada dalam sistem tata surya beredar pada lintasannya. Allah SWT adalah pengatur skenario kehidupan yang Maha dahsyat.
Dengan adanya GMT, manusia harus banyak melakukan refleksi, introspeksi, dan kontemplasi terhadap perannya sebagai khalifah di muka bumi. Sudah sejauh mana umurnya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat baik untuk dirinya maupun untuk orang lain atau lingkungan.
Melalui peristiwa ini, manusia juga harus banyak bersyukur pada-Nya karena masih diberikan diberikan umur dan kesehatan untuk melihat langsung peristiwa langka ini. Selain itu, manusia pun banyak berdzikir,  berdo’a, dan memohon ampunan terhadap dosa dan kesalahan yang dilakukannya. Oleh karena itu, pada saat GMT, umat Islam disyariatkan untuk melakukan shalat gerhana.
Pada saat langit terang, kita bisa melihat alam yang indah. Sinar matahari yang memberikan kehidupan. Pada saat langit gelap, kita tentunya merasa tidak nyaman dan tidak mampu melihat apapun. Apakah kita berpikir bagaimana kalau Allah tidak mengembalikan langit yang cerah dan terus berada dalam kegelapan? Itulah sebabnya kita sebagai manusia harus menjadi manusia-manusia yang pandai bertafakur terhadap semua ciptaan-Nya.
GMT sebagai pesan pendidikan sains tentunya berkaitan dengan pegembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. GMT sebagai sebuah fenomena alam yang dapat diteliti. Dengan perangkat teknologi yang canggih, manusia dapat meneliti dan memperkirakan kapan dan dimana terjadi gerhana matahari? di wilayah mana saja terjadinya? berapa lama prosesnya? Apa dampaknya terhadap makhluk hidup? Apa dampaknya terhadap iklim dan lingkungan? dan kapan akan terjadi lagi gerhana matahari berikutnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya perlu dijawab melalui penelitian.