Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Euforia Menyambut Gerhana

9 Maret 2016   12:59 Diperbarui: 9 Maret 2016   13:32 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sekelompok siswa sedang diberikan pengarahan melihat GMT secara aman. (Foto ilustrasi : www.okezone.com)"][/caption]

Oleh:

IDRIS APANDI

Tanggal 9 Maret 2016 merupakan momen yang sangat istimewa bagi Indonesia karena pada tanggal tersebut terjadi Gerhana Matahari Total (GMT), sebuah kejadian yang langka dan terjadi dalam siklus 30 tahun-an. Walau GMT tidak terjadi di semua wilayah Indonesia, tapi hampir seluruh bangsa Indonesia menyambut dengan antusias. Bagi yang ingin melihat langsung proses GMT, mereka mendatangi langsung daerah-daerah yang mengalami GMT seperti di Bangka Belitung, Palu, dan Maluku Utara.

Para turis domestik dan asing serta para peneliti dari berbagai negara datang ke Indonesia karena ingin melihat langsung kejadian langka tersebut. Mereka jauh-jauh hari telah memesan penginapan, membuat pos pengamatan, dan menyiapkan berbagai perangkat yang dibutuhkan untuk melihat atau mengamati proses terjadinya GMT. Intinya, jangan sampai ada satu detik pun momen yang terlewat dalam proses GMT.

Masyarakat pun hanyut dalam euforia menyambut gerhana. Mereka menyelenggarakan acara nonton bareng (nobar) GMT. Dengan menggunakan kaca mata khusus dan teleskop, mereka bersuka ria menyambut gerhana. Tidak lupa, selfie pun menjadi ritual wajib bagi warga untuk mengabadikan momen melihat GMT.

Pemerintah daerah memanfaatkan momentum GMT untuk mempromosikan pariwisata di daerahnya. Mereka menyelenggarakan festival dalam rangka menyambut GMT dan menarik minat wisatawan. Berbagai stasiun TV nasional dan asing pun secara live berlomba-lomba melaporkan detik demi detik proses GMT di berbagai lokasi sehingga masyarakat yang memilih tinggal di rumah pun dimanjakan dengan melihat live report GMT di televisi. Di mesin pencari seperti google, GMT dan hal-hal yang terkait dengan peristiwa tersebut mencari berita yang paling banyak dicari. Petinggi negeri seperti Jusuf Kalla pun tidak mau ketinggalan. JK memantau langsung proses GMT di Palu yang merupakan salah satu wilayah yang mengalami GMT.

Berbagai ormas Islam dan media menyebarkan tata cara shalat gerhana sebagai panduan bagi umat Islam dalam melaksanakan. Maklum saja, shalat gerhana jarang dilakukan, sehingga mungkin banyak warga yang belum mengetahui tata caranya.

Umat Islam menyambut gerhana dengan melaksanakan shalat gerhana,  bertakbir, berdzikir, dan berdo’a memohon ampunan kepada Allah SWT. Setelah shalat gerhana, khatib menyampaikan khutbah dengan tema yang berkaitan dengan pentingnya umat Islam mengambil hikmah dari peristiwa langka ini. GMT merupakan salah satu bukti tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya. Hal ini perlu dijadikan sarana bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada-Nya, sekaligus menafakuri bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah skenario-Nya, alias tidak ada yang kebetulan. Matahari, bumi, dan bulan semua berputar pada lintasannya secara teratur sehingga menjadi harmoni. GMT merupakan adalah bagian proses perputaran matahari, bumi, dan bulan sehingga menghasilkan fenomena alam yang indah.

Umat Hindu di Bali dan beberapa tempat lainnya yang di saat yang sama merayakan hari raya nyepi, juga menjadikan GMT sebagai sarana untuk melakukan refleksi atau kontemplasi terhadap hakikat kekuasaan Tuhan dan peran manusia sebagai makhluk Tuhan dalam menjalani kehidupannya di bumi.

Pekik takbir, dzikir, dan shalawat berkumandang manakala GMT terjadi. Siang yang biasanya terang benderang oleh sinar matahari menjadi gelap gulita beberapa saat karena cahaya matahari tertutup oleh bulan. Semua mata yang melihat merasa takjub disertai rasa bangga karena dapat melihat secara langsung fenomena ini. Hal ini menajdi pertanda bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Berkehendak. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Ketika Allah berkehendak, maka kunfayakun, terjadilah. Hal ini menjadi pelajaran bagi manusia bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, makhluk yang tidak memiliki daya upaya selain atas kehendak-Nya. Oleh karena itu, manusia tidak perlu angkuh atas ilmu, kekayaan, dan kekuasaan yang dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun