Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Orangtua Harus Cerdas

28 Januari 2016   11:03 Diperbarui: 28 Januari 2016   13:09 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Orang tua, sebagai pendidik pertama bagi anak harus memiliki wawasan dalam mendidik anak. (Foto : http://frontroll.com/foto_berita/70Mendidik-anak.jpg)"][/caption]Pagi ini, sambil sarapan pagi, Saya diberondong oleh kedua anak Saya dengan berbagai pertanyaan. Anak Saya yang  pertama yang saat ini kelas V SD bertanya “Abi, kalau di Indonesia jam 07.00, jam berapa di Arab Saudi, jam berapa di Suriah, dan jam berapa di Oman?”, lalu dia bertanya, “Berapa jam  perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jepang, Indonesia dengan Australia?”, dengan penuh semangat lalu dia bertanya “Perbedaan waktu yang paling lama Indonesia dengan benua mana?” kemudian dia bertanya lagi, “kalau ibu kota Amerika Serikat, New York atau Wahington DC?”.

Deretan pertanyaan tersebut cukup membuat kening Saya berkerut karena Saya sebagai orang tua harus dapat memberikan jawaban dengan cepat dan tepat. Saya merasa seperti buku pintar atau mesin pencari google yang harus siap dengan berbagai informasi atau jawaban dari pertanyaan yang disampaikan anak-anak Saya, karena hampir tiap sarapan pagi, Saya diberondong dengan berbagai pertanyaan dari anak-anak Saya, baik yang berkaitan dengan pengetahuan umum maupun tentang agama.

Kadang Saya merasa kewalahan dalam menjawab berbagai pertanyaan tersebut, karena Saya pun tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan anak-anak Saya. Walau demikian, Saya berupaya untuk sabar dan bijak dalam memberikan jawaban sepanjang yang Saya ketahui, tidak mudah menyerah dan menjawab “tidak tahu”. Saya pun menjadi termotivasi untuk semakin banyak membaca supaya banyak tahu dan dapat menjawab pertanyaan anak-anak Saya. Dan sang anak tentunya akan merasa senang dan bangga jika orang tuanya mampu menjawab pertanyaannya.

Di rumah, Saya membiasakan membaca buku. Hal ini Saya lakukan disamping karena tuntutan pekerjaan, juga karena memang Saya hobi membaca, serta memberikan contoh kepada anak-anak Saya supaya rajin membaca. Ratusan judul buku telah menjadi koleksi perpustakaan pribadi Saya. Melihat Saya membaca buku, anak-anak pun Saya mulai ketularan membaca buku, tentunya bacaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan usianya. Karena kebiasaan Saya membaca hampir setiap malam, anak Saya suka mengingatkan atau  bertanya apakah akan membaca buku malam ini? Sekalian meminta Saya menemaninya di tengah rumah.

Seiring dengan perkembangan zaman dan dampak dari globalisasi, anak zaman sekarang cenderung semakin kritis, memiliki rasa ingin tahun yang tinggi. Jika di sekolah mereka akan banyak bertanya kepada guru, di rumah tentu akan banyak bertanya kepada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua yang mendidik anak-anak generasi abad 21 harus dapat menyesuaikan diri dan mengantisipasinya. Antara lain, dengan melek informasi dan teknologi, harus banyak membaca dari berbagai sumber agar dapat mendidik sekaligus menjadi pihak pertama yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan anak. Sayangnya justru orang tua kadang justru menjadi pendidik yang paling tidak disiapkan dengan baik karena kurang memiliki kesiapan dan kemampuan dalam mendidik anak.

Gerakan Literasi Mulai dari Rumah

Bagi orang tua, membaca disamping untuk menambah wawasan dirinya, juga untuk menyebarkannya kepada anak-anak atau anggota keluarga yang lain. Membangun kebiasaan membaca di rumah adalah langkah awal membangun budaya literasi. Menumbuhkan minat baca bukan hal yang mudah ditengah godaan gadget yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga. Dalam rangka membangun budaya literasi, orang tua perlu memberikan contoh rajin membaca di rumah dan memfasilitasi atau menyediakan buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan berpikir anak-anak dan anggota keluarga yang lain.

Sewaktu-waktu orang tua juga perlu mengajak anaknya mengunjungi toko buku supaya mereka mengenal dan terbiasa bergaul dengan buku. Liburan pun jangan hanya mengunjungi tempat-tempat wisata, tetapi juga mengunjungi toko buku sebagai sarana wisata literasi.

Di rumah, orang tua perlu menyediakan waktu 1-2  jam dalam satu hari untuk membaca dan mengajak anak-anaknya untuk membaca. Mendampinginya dan berdiskusi dengan anak-anaknya. Memang orang tua tidak perlu harus menjadi orang yang serba tahu, tetapi minimal memiliki pengetahuan yang cukup dan membimbing anak untuk mencari tahu dari pertanyaan yang disampaikan anaknya.

Menjadi orang tua yang cerdas saat ini merupakan sebuah keniscayaan sekaligus kebutuhan. Jangan sampai menjadi orang tua yang gagap teknologi alias gaptek dan ketinggalan zaman. Orang tua disamping harus mampu berperan sebagai orang tua, juga harus mampu berperan sebagai teman yang mampu mendengar, berdiskusi, dan menyikapi berbagai keinginan, harapan, dan keluhan anak-anaknya secara bijak.

Penulis, Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun