Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Kurban dalam Perspektif Pendidikan

23 September 2015   15:29 Diperbarui: 23 September 2015   15:45 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari raya idul adha diisi dengan memotong hewan kurban. Dagingnya selain boleh dinikmati oleh yang berkurban, juga dibagikan kepada yang membutuhkan. Agama Islam mensyariatan bagi setiap umatnya yang mampu untuk melaksanakannya. Pelaksanaan kurban diawali oleh kisah Nabi Ibrahim AS yang akan menyembelih anaknya Nabi Ismail AS sebagai bentuk ketataan dan rasa cinta terhadap Allah SWT, lalu oleh Allah diganti oleh seekor kambing dari surga. Setelah peristiwa itu, maka kurban, menjadi ritual yang menyertai perayaan idul adha.

Dalam perspektif pendidikan, ada empat pelajaran yang dapat diambil. Pertama, mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kurban berasal dari kata qurb yang artinya dekat. Dengan kata lain, kurban merupakan sarana untuk mendekatan diri (bertaqarrub) kepada Allah SWT.

Demi ketaatan dan kecintaannya kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim AS rela mengorbankan anaknya Nabi Ismail AS. Rasa cinta terhadap Allah mengalahkan rasa cintanya terhadap anak yang sangat disayanginya. Nabi Ismail AS dengan dengan penuh keikhlasan mau disembelih oleh Nabi Ibrahim AS karena didasari oleh keyakinan bahwa apa yang dilakukannya ayahnya tersebut atas perintah Allah SWT.

Menjelang Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail AS, setan terus menggoda keduanya agar membatalkan rencana tersebut, tetapi karena telah dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan yang tinggi, dan ingin mendekatkan diri kepada Allah, maka godaan setan pun tidak mempan terhadap mereka berdua.

Kurban menjadi sarana penghambaan seorang manusia kepada Sang Pencipta. Semakin dekat kepada Allah, maka keimanan dan ketakwaannya pun akan meningkat.  Harta yang dikurbankan dilandasi niat karena Allah, karena pada dasarnya semua harta yang dimiliki adalah titipan dari Allah SWT. Dan Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda bagi hamba-Nya yang berkurban.

Kedua, rela berkorban. Orang yang berkurban adalah simbol orang yang rela berkorban untuk orang lain. Dia mengorbankan harta yang dimiliki dan dicintainya semata-mata karena Allah. Tidak sedikit orang yang mampu kurban tetapi hatinya belum tergerak untuk berkurban. Hal ini disebabkan rasa cintanya yang berlebihan kepada harta yang dimilikinya, padahal harta tersebut pada hakikatnya adalah titipan dari Allah SWT. Dan jaman sekarang pun tidak mudah menemukan orang yang mau berkorban bagi orang lain.

Orang yang berkurban adalah cerminan dari seorang manusia yang mampu mengalahkan ego pribadinya untuk kepentingan orang lain. Orang yang berkurban adalah orang yang senang berbagi kebahagiaan kepada orang lain. Baginya, hakikat kebahagiaan adalah adalah jika mampu membahagiakan orang lain.

Ketiga, meningkatkan solidaritas sosial. Kurban merupakan simbol solidaritas sosial, yaitu membantu sesama manusia. Daging kurban adalah berkah bagi orang yang tidak mampu. Bagi orang yang biasa makan daging, seonggok daging kurban mungkin tidak akan banyak berarti, tetapi bagi yang jarang makan daging, daging kurban merupakan menu yang istimewa, yang hanya dinikmati setahun sekali. Mereka sangat senang ketika bisa menikmatinya. Oleh karena itu, demi mendapatkan daging kurban, banyak orang miskin yang rela antri berjam-jam, berdesak-desakkan, bahkan pingsan karena bagi mereka nilainya sangat berharga.

Kurban merupakan bentuk empati terhadap kesulitan dan penderitaan orang lain. Oleh karena itu, sifat tersebut perlu ditumbuhkembangkan dalam kehidupan masyarakat ditengah-tengah kondisi masyarakat yang semakin individualistis, hedonis, dan egois.

Keempat, menghilangkan sifat-sifat buruk manusia. Kurban melatih manusia untuk menghilangkan sifat-sifat buruk seperti tamak, rakus, kikir, sombong, dan sebagainya. Melalui kurban, manusia mau sebagian harta yang dimilikinya kepada orang lain karena pada dasarnya adalah titipan Allah, bukan semata-mata hasil kerja kerasnya. Dan, sebenarnya harta yang dinikmatinya jauh lebih banyak daripada harta yang dibagikan kepada orang lain.

Harta yang dikurbankan akan mendapatkan keberkahan, dan Allah telah menjamin akan menggantinya dengan pahala yang berlipat ganda. Pahala daging, darah, dan bulu hewan yang dikurbankan akan terus mengalir bagi orang yang berkurban. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berkurban.

Itulah empat makna yang dapat diambil dari pelaksanaan ibadah kurban. Semoga Allah memberikan rezeki yang berlimpah dan memberikan hidayah kepada kepada setiap hamba-Nya agar mampu berkurban.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun