Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenalkan, Nama Kami Tuhan dan Syaiton

26 Agustus 2015   16:17 Diperbarui: 26 Agustus 2015   16:31 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam masyarakat tradisional, dikenal adanya kepercayaan atau adat ganti nama. Jika seorang anak sering sakit-sakitan, ada kepercayaan atau semacam sugesti bahwa nama anak tersebut kurang tepat. Oleh karena itu, suka disarankan nama anak tersebut diganti agar anak yang sakit tersebut sembuh. Jemaah haji Indonesia pun ketika pulang ke Indonesia ada yang suka ganti nama. Biasanya hal itu atas pertimbangan agar hidupnya lebih berkah atau supaya terlihat lebih Islami.

Ganti nama juga biasa dilakukan oleh kalangan artis. Supaya ngetop, seorang artis biasanya menggunakan nama komersilnya. Misalnya, artis dangdut Inul Daratista nama aslinya adalah Ainur Rokhimah. Komedian Tukul Arwana nama aslinya adalah Tukul Riyanto. Pasha Ungu yang saat ini mencalonkan diri menjadi Calon Walikota Palu nama aslinya adalah Sigit Purnomo Syamsudin Said. Dan masih banyak artis yang menggunakan nama komersil daripada nama aslinya. Hal itu sah-sah saja sebagai strategi marketing biar lebih terkenal. Hal itu tidak berpengaruh terhadap administras kependudukan, karena yang bersangkutan masih menggunakan nama asli.

William Shakespeare boleh mengatakan “apalah artinya sebuah nama?” tapi bagi Tuhan dan Syaiton, walau kedua nama itu dianggap aneh dan janggal, tetapi bagi mereka, nama yang mereka sandang itu keramat, tidak perlu diubah atau diganti, karena disamping nama tersebut adalah pemberian kedua orang tuanya, juga tidak mau direpotkan dengan perubahan data-data pada berbagai administrasi kependudukan. Bagi mereka, biarlah orang menilai nama mereka aneh, tapi mereka tetap senang, bahagia, dan menjalani hidup dengan normal.

Semoga saja Tuhan menjalankan kodratnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa, tetap beriman, dan tetap beribadah kepada-Nya. Dan Syaiton sebagai manusia, makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga tetap beriman dan bertakwa kepada-Nya. Dan penulis yakin, meskipun namanya Syaiton, dia tetap ingin memiliki sifat-sifat yang baik, sifat-sifat manusia yang berbasis nilai-nilai ketuhanan, bukan sifat-sifat syaiton (setan) yang suka menjerumuskan manusia kepada kesesatan. Wallaahu a’lam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun