Dalam masyarakat tradisional, dikenal adanya kepercayaan atau adat ganti nama. Jika seorang anak sering sakit-sakitan, ada kepercayaan atau semacam sugesti bahwa nama anak tersebut kurang tepat. Oleh karena itu, suka disarankan nama anak tersebut diganti agar anak yang sakit tersebut sembuh. Jemaah haji Indonesia pun ketika pulang ke Indonesia ada yang suka ganti nama. Biasanya hal itu atas pertimbangan agar hidupnya lebih berkah atau supaya terlihat lebih Islami.
Ganti nama juga biasa dilakukan oleh kalangan artis. Supaya ngetop, seorang artis biasanya menggunakan nama komersilnya. Misalnya, artis dangdut Inul Daratista nama aslinya adalah Ainur Rokhimah. Komedian Tukul Arwana nama aslinya adalah Tukul Riyanto. Pasha Ungu yang saat ini mencalonkan diri menjadi Calon Walikota Palu nama aslinya adalah Sigit Purnomo Syamsudin Said. Dan masih banyak artis yang menggunakan nama komersil daripada nama aslinya. Hal itu sah-sah saja sebagai strategi marketing biar lebih terkenal. Hal itu tidak berpengaruh terhadap administras kependudukan, karena yang bersangkutan masih menggunakan nama asli.
William Shakespeare boleh mengatakan “apalah artinya sebuah nama?” tapi bagi Tuhan dan Syaiton, walau kedua nama itu dianggap aneh dan janggal, tetapi bagi mereka, nama yang mereka sandang itu keramat, tidak perlu diubah atau diganti, karena disamping nama tersebut adalah pemberian kedua orang tuanya, juga tidak mau direpotkan dengan perubahan data-data pada berbagai administrasi kependudukan. Bagi mereka, biarlah orang menilai nama mereka aneh, tapi mereka tetap senang, bahagia, dan menjalani hidup dengan normal.
Semoga saja Tuhan menjalankan kodratnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa, tetap beriman, dan tetap beribadah kepada-Nya. Dan Syaiton sebagai manusia, makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga tetap beriman dan bertakwa kepada-Nya. Dan penulis yakin, meskipun namanya Syaiton, dia tetap ingin memiliki sifat-sifat yang baik, sifat-sifat manusia yang berbasis nilai-nilai ketuhanan, bukan sifat-sifat syaiton (setan) yang suka menjerumuskan manusia kepada kesesatan. Wallaahu a’lam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H