Â
Seorang pria asal Banyuwangi mendadak terkenal dan ramai dibicarakan di media. Penyebabnya adalah namanya yang unik, kontroversial, dan lain dari yang lain. Nama pria berusia 42 tahun tersebut adalah Tuhan. Tuhan menjadi terkenal setelah foto copy KTP-nya menyebar di jagad media sosial (medsos). Tuhan menyampaikan bahwa foto KTP-nya beredar di medsos setelah KTP-nya dipinjam oleh temannya untuk kepentingan balik nama sepeda motor.
Tuhan mengaku tidak tahu mengapa orang tuanya memberinya nama tersebut. Dan dia pun tidak pernah bertanya alasannya kepada kedua orang tuanya. Tuhan selama ini menerima apa adanya nama pemberian dari orang tuanya. Tidak merasa aneh, risih, menyesal, apalagi malu memiliki nama tersebut. Dia mengaku senang dan bangga memakai nama tersebut.
Setelah namanya ramai diberitakan, beberapa pihak termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta agar Tuhan mengganti namanya atau menambahnya. Tetapi Tuhan menolaknya, dengan alasan akan kerepotan karena namanya sudah tercantum pada ijazah, KTP, Kartu Keluarga (KK), SIM, dan administrasi kependudukan lainnya. Selain itu, baginya, nama itu adalah pemberian orang tuanya. Tidak ada alasan untuk mengganti atau menambahnya. Istri dan anak-anaknya pun tidak merasa risih atau keberatan punya suami dan ayah bernama Tuhan.
Nama Tuhan memang terasa aneh. Dalam konteks agama atau kepercayaan, Tuhan adalah nama yang sangat sakral. Tuhan dzat yang wajib disembah manusia. Dzat yang menciptakan semua makhluk yang ada di muka bumi ini. Bagi umat Islam, percaya kepada Tuhan (Allah SWT) adalah rukun iman yang pertama. Tuhan adalah tempat manusia memanjatkan do’a-doa. Tuhan adalah dzat tempat memohon petunuk petunjuk, ampunan, dan perlindungan.
Ketika ada manusia yang bernama Tuhan, maka hal tersebut bagi sebagian orang terasa aneh, ganjil, bahkan janggal. Mungkin pertanyaannya adalah, Mengapa orang tua memberikan nama Tuhan kepada anaknya tersebut? Apakah tidak ada nama lain yang lebih cocok untuknya? hanya orang tua Tuhan yang tahu alasannya.
Selain Tuhan, di Palembang ada seorang pria bernama Syaiton. Sama seperti Tuhan, Syaiton juga tidak tahu mengapa orang tuanya memberikan nama Syaiton. Pernah ada yang mengingatkan bahwa nama tersebut kurang baik, lalu namanya juga diganti, tetapi dia menjadi sakit-sakitan. Oleh karena itu, dia kembali menggunakan nama Syaiton.
Sebagaimana diketahui bersama, Syaiton (setan) adalah makhluk Tuhan yang sombong. Dia menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam AS. Karena kesombongannya itu, Allah SWT mengusirnya dari surga. Kesombongannya itu pula yang menyebabkan dia menjadi calon penghuni neraka pertama. Karena tidak terima diusir dari surga oleh Allah SWT, maka dia pun berjanji akan terus menggoda manusia agar ingkar dari perintah Allah SWT, dan akan menjerumuskan umat manusia sebanyak-banyaknya ke neraka. Allah SWT pun dalam Al-Qur’an sudah mengingatkan agar setiap manusia berlindung dari godaan setan yang terkutuk dan melawannya dengan sekuat tenaga.
Ketika seorang anak lahir, maka salah satu tugas orang tua memberikan nama yang baik kepada anaknya. Dalam pandangan Islam, nama adalah do’a, nama adalah pengharapan orang tua kepada anaknya. Bagi kalangan tertentu, nama juga dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Oleh karena itu, ada orang tua melakukan shalat istikharah memohon petunjuk nama yang paling baik untuk anaknya, atau meminta nasihat kepada orang saleh nama apa yang paling baik untuk anaknya.
Ada banyak pilihan yang bisa digunakan untuk nama. Dalam Islam misalnya, seorang anak bisa diberikan nama dengan diawali Abdul, Abdullah, atau Muhammad. Asmaul husna atau 99 nama yang baik bagi Allah pun dapat dijadikan sebagai nama untuk anak. Misalnya Abdul Rohman, Abdul Malik, Abdul Jabbar, dan sebagainya.
Selain menggunakan nama-nama Islami, nama anak juga kadang suka dikaitkan dengan silsilah atau marga orang tua, hari atau bulan tertentu, peristiwa-peristiwa tertentu, kenangan-kenangan tertentu, meniru nama tokoh tertentu, dikaitkan dengan etnis kedaerahan, atau berbau mengobarkan semangat nasionalisme. Selain itu, ada juga nama anak yang dipengaruhi oleh profesi atau pekerjaan orang tuanya. Apapun nama yang diberikan, orang tua tentunya berharap nama tersebut membawa kebaikan, keberuntungan, dan keberkahan bagi anaknya.