Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

MOPD dan Pengembangan Budi Pekerti

27 Juli 2015   16:38 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:54 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  [caption caption="Mendikbud Anies Baswedan berkunjung ke SDN Lebak Bulus 01 Pagi, Jakarta Selatan di hari pertama masuk sekolah. (27/07/2015). (Foto : Kemdikbud)"]

 

Tahun pelajaran baru diawali dengan kegiatan Masa Orientasi Peseta Didik (MOPD) yang dilaksanakan selama tiga sampai dengan lima hari. Pada MOPD, setiap sekolah mempersiapkan berbagai acara atau program pengisinya. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 55 Tahun 2014 ditambah dengan instruksi dari Mendikbud Anies Baswedan yang menyatakan bahwa kegiatan MOPD harus terbebas dari tindakan-tindakan yang mengarah kepada kekerasan, perpeloncoan, pelecehan baik secara pisik maupun psikis. MOPD harus diisi dengan berbagai kegiatan positif untuk mengidentifikasi, menggali, dan mengembangkan minat, bakat, dan kreativitas peserta didik baru.

MOPD adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan. Oleh karena itu, proses MOPD tentunya harus mendidik dan manusiawi. Dalam konteks pengembangan budi pekerti seperti yang saat ini diprogramkan Kemdikbud, MOPD dapat dijadikan sebagai sarana untuk mewujudkannya.

Menurut Penulis, ada lima nilai budi pekerti yang dapat dikembangkan pada saat MOPD antara lain; pertama, kemampuan berkomunikasi.  Pada saat MOPD, setiap peserta didik diminta untuk memperkenalkan diri dan saling mengenal baik dengan teman-temannya, dengan guru yang membimbingnya, maupun dengan kakak-kakak kelas yang terlibat menjadi panitia MOPD. Supaya acara perkenalan menarik, maka dikemas dalam bentuk dinamika kelompok, game, atau kuis. Atau ada juga yang diberikan tugas untuk berkenalan secara berkeliling. Misalnya dalam sehari ditarget harus mendapatkan sekian orang kenalan baru. Pada sesi perkenalan diri biasanya ada yang percaya diri dan ada yang masih malu-malu. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa salah satu kompetensi yang perlu dimiliki oleh masyarakat abad 21 adalah kemampuan berkomunikasi. Oleh karena itu, perkenalan diri melatih keberanian para peserta didik untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Kedua, kerjasama. Pada saat MOPD, biasanya para peserta didik dikelompokkan dan diminta mengerjakan tugas-tugas secara berkelompok. Oleh karena itu, mereka harus bekerjasama untuk dapat menyelesaikannya. Dalam kelompok biasanya ada yang memiliki jiwa kepemimpinan. Dia biasanya yang dijadikan sebagai ketua kelompok. Dalam menyelesaikan tugas, setiap anggota kelompok harus berpartisipasi aktif atau berkontribusi memecahkan masalah. Kadang, ada anggota kelompok ada dinamika, ada pertukaran atau perbedaan pendapat, dan ada anggota yang dominan, saran atau keinginannya ingin selalu didengar oleh anggota kelompok.  Dalam kelompok, semua anggota dituntut untuk bekerja sama, saling percaya, dan meredam ego masing-masing demi mencapai tujuan. Ketika tugas berhasil diselesaikan, maka, itu adalah keberhasilan tim dan perlu dirayakan bersama-sama.

Ketiga, kreativitas. Pada saat MOPD biasanya panitia MOPD meminta peserta didik baru baik secara individual maupun berkelompok menampilkan kreativitasnya. Misalnya yel-yel kelompok atau kelas, kreasi seni, atau membuat satu kerajinan tertentu. Ketika ada peserta didik baru yang melanggar peraturan atau kesepakatan yang telah ditentukan, biasanya mendapatkan “hukuman” dalam bentuk disuruh bernyanyi, membaca puisi, bermain peran, stand up comedy, atau bentuk lainnya. Intinya, “hukuman” tersebut justru mampu menggali kreativitas dan membuat sang terhukum dan teman-teman atu kelas menjadi senang atau terhibur.

Keempat, kemampuan beradaptasi. Para peserta didik baru menempati sekolah baru dan kelas baru, bertemu dengan guru-guru baru dan teman-teman baru. Oleh karena itu, harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan aturan-aturan baru agar dapat diterima dan dapat bertahan atau betah.  Adaptasi tentunya memerlukan proses. Oleh karena itu, MOPD merupakan masa adaptasi peserta didik baru supaya siap ketika harus mengikuti pembelajaran.

Kelima, sikap toleransi. Para peserta didik baru berasal dari beragam latar belakang, memiliki beragam karakter, dan beragam kebiasaan. Oleh karena itu, setiap peserta didik dituntut untuk memiliki dan mengembangkan sifat telarensi, saling menghormati, dan menghargai antarsesama teman. Ibarat sebuah negara, kelas merupakan miniatur negara yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Oleh karena itu, supaya negara itu rukun, aman, dan damai, maka sikap toleransi harus dimiliki oleh setiap orang yang tinggal di negara tersebut.

Itulah lima pengembangan budi pekerti yang dapat dilakukan pada saat MOPD. Selain kelima nilai tersebut, mungkin masih bisa dikembangkan nilai-nilai lainnya. Intinya, MOPD tidak hanya menjadi acara yang bersifat ceremonial atau formalitas, tetapi mampu memberikan makna bagi peserta didik baru.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun