Mohon tunggu...
IDRIS MAULANA
IDRIS MAULANA Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris di SDN Miji 4 Kota Mojokerto dan SMA Darul Quran Kota Mojokerto

Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik Model Six Thingking Hat

24 Desember 2022   17:43 Diperbarui: 24 Desember 2022   17:50 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://peopledevelopmentconsulting.com/portfolio/coaching-sebagai-pembuka-potensi/

Berikut adalah keuntungan yang saya dapatkan setelah mempelajari materi coaching ini!

  • Mengetahui perbedaan antara coaching, mentoring, konseling, dan juga training.
  • Mengetahui tahapan tahapan yang ada dalam proses coaching yakni dengan tahapan TIRTA, (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab).
  • Memahami kompetensi yang harus dikembangkan dalam proses coaching yakni kehadiran penuh (mendengarkan aktif), megajukan pertanyaan berbobot serta memberdayakan coachee.
  • Mengubah paradigma supervisi pembelajaran yang sebelumnya merupakan kegiatan penilaian terhadap guru tentang proses pembelajaran menjadi sebuah kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh guru tersebut tanpa merasa dinilai.
  • Mendapat kesempatan untuk melakukan praktik secara langsung proses coaching.

CAUTION (HAMBATAN, KENDALA DAN RESIKO) 

Dalam pembelajaran modul 2.3 tentang coaching untuk supervise akademik, tidak ada hambatan atau kendali yang saya temui. Pada pembelajaran modul 2.3 ini,  seperti yang saya sampaikan sebelumnya pada aspek perasaan, supevisi akademik menjadi sesuatu sesuatu yang kurang menyenangkan. Pandangan tentang supervisi akademik yang lebih condong kepada penilaian guru oleh kepala sekolah atau guru senior terhadap proses pembelajaran.

Sejalan dengan hal di atas hambatan, kendala dan resiko yang dihadapi dalam penerapan coaching antara lain;

  • Mengubah pola supervisi akademik dari suatu kegiatan yang bersifat menilai proses pembelajaran lebih ke dalam proses kegiatan untuk mengembangkan potensi guru.
  • Tidak semua guru paham dan mengerti tentang proses coaching, termasuk alur dan juga langkah-langkahnya. Oleh sebab itu, ini merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk mengajak rekan sejawat menerapkan proses coaching. Baik saat menjadi coachee ataupun saat menjadi coach.
  • Kendala lain yang saya alami adalah merasa kesulitan untuk membantu rekan sejawat dalam menemukan solusi dan jalan keluar dengan pemikiran mereka sendiri. Terkadang asumsi, asosiasi mauoun judgment masih ada saat proses coaching yang saya lakukan.

CREATIVITY (IDE / GAGASAN) 

Gagasan-gagasan dan ide yang muncul setelah mempelajari modul 2.3 ini antara lain;

  • Melakukan sosialisasi dan juga praktik baik dengan warga sekolah khususnya tentang coaching,  agar semua pihak mengerti bahwa dan mengetahui manfaat yang diperoleh dari praktik coaching.
  • Melakukan praktik coaching baik dengan rekan sejawat maupun dengan murid.
  • Mengusulkan kepada kepala sekolah agar supervisi akademik dilakukan dengan pendekatan coaching, sehingga kegiatan supervisi bukan menjadi momok lagi dalam proses pembelajaran, akan tetapi menjadi suatu hal yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh rekan sejawat.

PROCESS (TARIK KESIMPULAN / AMBIL KEPUTUSAN) 

Setelah memaparkan kelima sudut pandang di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa coaching merupakan hal yang sangat penting untuk di terapkan di sekolah. Coaching menuntun murid untuk merdeka dalam belajar dalam mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memmaksimalkan potensi yang dimilikinya.

Coaching juga memegang peran penting dalam mengembangkan potensi guru untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dengan memaksimalkan proses supervisi akademik berbasis coaching, pengembangan professional berkelanjutan bagi guru akan terus berkembang berdasarkan hasil yang diperoleh dari proses supervisi tersebut.

Setelah mempelajari modul 2.3 ini, saya berkeyakinan bahwa sebagai calon guru penggerak saya yakin akan mampu melaksanakan proses coaching sebagai upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi diri sendiri dan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun