Mohon tunggu...
Idris
Idris Mohon Tunggu... Guru - Hidup disayang mati dikenang

Sang Penembus Kabut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pramugari, Kalau Mau Terbang Berlendir Dulu!

12 Desember 2019   22:36 Diperbarui: 12 Desember 2019   22:48 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konon katanya menjadi seorang pramugari itu bukan hal yang mudah, karena setelah jadi pun mereka harus mengorbankan kehormatannya. Yuk ikuti terus ceritanya!

Dewasa ini, hampir seluruh kalangan generasi muda pasti memiliki harapan dan cita-cita dalam menyongsong masa depan yang lebih cerah. Hal tersebut bisa ditunjukkan dengan berbagai pendidikan yang mereka tempuh, mulai dari polisi hingga tentara, perawat hingga dokter, guru hingga profesor, pramugari/a hingga pilot dan masih banyak lagi yang lainnya.

Biasanya dari berbagai profesi yang mereka geluti tentu memiliki level resiko yang berbeda. Dari level resiko terendah hingga level tertinggi. Namun, hal ini tak membuat semangat mereka surut untuk tetap terus melanjutkan karirnya.

Sekarang ini, dari seluruh profesi yang beresiko tinggi hanya profesi pramugari yang sempat menjadi sorotan utama lantaran baru beberapa hari saja Indonesia dihebohkan oleh beberapa pramugari yang di-PHK secara sepihak oleh petinggi Garuda Indonesia karena tak mau kehilangan kehormatannya.

Awalnya, isu ini mencuat saat ditemukannya masalah yang terjadi di Garuda Indonesia tentang penyelundupan barang-barang mewah yang katanya milik  Dirut Garuda Indonesia Ari Ashkara.

Barang-barang mewah yang diselundupkan tersebut diantaranya, satu unit sepeda motor (onderdil) Harley Davidson keluaran 1970-an dan dua unit sepeda Brompton yang diangkut melalui pesawat baru Garuda tipe Airbus A300-900 Neo yang berangkat dari Toulouse, Perancis pada Sabtu, 16 November 2019 dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang pada Minggu, 17 November 2019.

Kemudian di tengah perjalanan pengusutan kasus tersebut tiba-tiba menyusul beberapa kasus lainnya. Salah satunya kasus yang menimpa pramugari yang saat ini ramai diperbincangkan.

Kasus tersebut tadinya tidak terlalu direspon oleh kalangan publik karena dianggap masih seperti informasi biasa saja, yang tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Namun, hal ini tiba-tiba bergemuruh diramaikan oleh akun media sosial (twitter) hingga berhasil menggiring publik untuk meningkatkan rasa keponya terhadap benar tidaknya kasus tersebut.

Dilansir dari indozone.id akun twitter yang mengunggah soal pramugari yang dijadikan pemuas biarahi "pelacur" bernama @digeeembok.

Dalam cuitannya tentang dugaan skandal ia tidak hanya melibatkan Ari Askhara melainkan menyebutkan beberapa pejabat Garuda Indonesia. Dan ironisnya yang menjadi korban bukan hanya pramugari yang single saja bahkan yang sudah bersuami pun menjadi target kebiadaban mereka.

"Udah beres jumatan. Ayyy lanjut yah. Begini ceritanya... Dirut dan Hxxx Axxxt ke Bali. Sampe di Bali, tuh berdua pengen seneng2. Terus dipanggillah Chief Denpasar untuk menyuruh beberapa pramugari menemani mereka ke karaoke. Ke tempat karaoke VIP," cuitan akun @digeeembok, Jumat (6/12).

"Emang tuh berdua direktur sxxxxxn. Maunya ditemenin terus sama pramugari. Mau nxxxe gratisanlah. Salah satu pramugari yg ditugaskan sebut saja namanya Melati merasa keberatan dan mengadu kepada suaminya yg kebetulan sang suami berprofesi sebagai pramugara," lanjut cuitannya.

Akibat kejadian ini, suami sang pramugari sempat melayangkan surat keberatan kepada Chief Denpasar. Alhasil dampak dari surat keberatan tersebut malah menjadi malapetaka bagi mereka hingga terjadinya perpindahan rute penerbangan yang tidak enak menimpa mereka.

pribadi
pribadi
Cuitan fulgar akun @digeeembok tersebut mendapat bantahan langsung dari salah satu petinggi Garuda Indonesia Roni Eka Mirsa melalui indozone.

"Ini saya difitnah, saya punya keluarga, punya anak, punya istri. Ini saya sedang membuat laporan di Polres Bandara Soekarno-Hatta," ujarnya.

Meski bantahan pembelaan di atas sempat dilontarkan, tapi kasus ini sudah tak bisa disembunyikan lagi. Publik sudah bisa menilai dan mulai kritis untuk mendalami tentang kebenaran kasus tersebut.

Jika seandainya kasus ini benar adanya, maka nasib seorang pramugari dapat dipastikan sangat dikhawatirkan. Padahal profesi pramugari yang mereka raih melalui pendidikan yang bermoral. Tak hanya uang mereka korbankan tenaga dan pikiran pun jua mereka korbankan.

Dan sangat tidak elok sekali jika kehormatan seorang pramugari menjadi sandraan dalam profesinya. Bahasa amoralnya yang mungkin tak layak dikatakan ialah "pramugari kalau mau terbang berlendir dulu".

Itulah sekiranya masalah yang terjadi pada beberapa pramugari Garuda Indonesia yang kini di-PHK sepihak hanya karena mempertahankan kehormatannya.

Sebetulnya, kasus seperti ini mungkin tidak terjadi hanya di ranah maskapai penerbangan saja, tapi juga di berbagai elemen instansi-instansi lainnya. Hanya saja yang mungkin baru terbongkar saat ini, baru di maskapai penerbangan, khususnya maskapai penerbangan Garuda Indonesia.

Dalam menyikapi masalah ini kami sangat prihatin. Semoga kasus ini segera diusut sampai tuntas oleh pemerintah. Agar para oknum segera ditangkap dan diberikan efek jera untuk mengadili kejahatannya.

Dan dengan begitu kehormatan para pramugari Indonesia dapat terjamin keselamatannya. Serta bagi regenerasi pramugari pun tak lagi ada yang merasa ditakut-takuti oleh kejahatan-kejahatan oknum yang berada di maskapai penerbangan khususnya Garuda Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun