Hampir sudah beberapa bulan pelebaran atau revitalisasi trotoar dilakukan oleh pemerintah Jakarta Gubernur Anies Baswedan. Dimulai dari daerah Jakarta Pusat seperti Cikini, MH Sudirman dan MH Thamrin.
Revitalisasi trotoar tersebut dilakukan oleh Anies tujuannya untuk melakukan penataan trotoar dan  menertibkan lebar lajur jalan di ibu kota. Di samping itu, ia juga mengutarakan bahwa para peminat pejalan kaki di Jakarta terhitung paling rendah di dunia. Â
"Saya lupa risetnya, ya. Tapi dikeluarkan awal tahun ini atau tahun lalu. Coba teman-teman nanti cek. Jakarta itu salah satu kota dengan pejalan kaki terendah di dunia. Saya lupa risetnya. Teman-teman bisa cek," tandasnya di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Senin, 11 November 2019 dilansir dari detik.com
Memang dalam situasi ini bisa dianggap Anies sangat memberikan dukungan kepada para pejalan kaki di Jakarta. Agar para pejalan kaki lebih meningkat lagi, ia sediakan fasilitas trotoar yang lebih aman dan nyaman.
Sebagai warga yang baik, tentu kita juga sangat mengapresiasi tentang niatan baik Anies  yang melakukan revitalisasi trotoar. Tapi kita juga berharap ia bisa mempertimbangkan efek dari revitalisasi trotoar tersebut.
Jika Anies hanya menjalankan programnya tanpa mempertimbangkan sebab akibatnya sama saja itu omong kosong.
Kenapa demikian? Mari sejenak kita pikirkan bersama melalui pemaparan logika saya tentang tiga masalah yang terjadi gegara revitalisasi trotoar yang dilakukan Gubernur Anies Baswedan.
Seperti yang saya sampaikan di atas, Anies beranggapan bahwa Jakarta memiliki masalah dalam fasilitas trotoar hingga akhirnya ia tak berpikir panjang untuk menutup masalah ini dengan merevitalisasi trotoar agar fasilitas trotoar untuk si pejalan kaki menjadi fasilitas yang layak dan nyaman saat digunakan.
Namun, Anies tidak sadar bahwa adanya tiga masalah yang timbul gegara masalah revitalisasi trotoar yang dilakukannya.
Berikut ini saya uraikan tiga masalah yang terjadi saat revitalisasi trotoar dilakukan. Sila simak!
Pertama, masalah yang terjadi adalah kemacetan, ya kemacetan yang selama ini menjadi keluhan warga Jakarta yang tak pernah terselesaikan.
Kemacetan Jakarta sudah bagaikan penyakit yang sudah kronis yang sudah tak bisa lagi disembuhkan. Namun, meski pun demikian harusnya minimal Anies mampu menguranginya.
Analoginya, jika kita sakit sudah parah dan diponis oleh dokter, minimal kita tetap berusaha berobat untuk mengurangi rasa sakit itu, bukan malah berhenti berusaha  berobat seperti menikmati rasa sakit itu sendiri hingga akhirnya kita mati dalam kesakitan.
Maksud dari analogi di atas, harusnya Anies mengurangi kemacetan Jakarta yang sudah dari dulu macet. Bukan malah memperparah kemacetan gara-gara dilakukannya revitalisasi trotoar.
Warga tersebut bernama Ledi. Ia mengatakan, dirinya merasa transportasi umum yang ada di Jakarta saat ini belum tersedia dengan jumlah memadai. Selain itu, saat ia mengganti moda transportasi lain, hal yang dikeluhkan adalah macetnya jalanan Jakarta yang tidak kunjung usai.
"Saya kerja hampir tiap hari naik transportasi umum Pak. Saya naik busway tapi lama nunggunya. Naik Go-Jek sama Grab juga macet lama," ucap keluh Ledi, Minggu, 9 Oktober 2016.
Untuk menjawab keluhan sang warga, Anies mengatakan bahwa volume kendaraan di DKI Jakarta saat ini tergolong tinggi sehingga menimbulkan kemacetan.
"Kenapa macet? Jumlah kendaraan di jalanan terlalu banyak dibanding panjang jalan yang nggak sama. Sekarang kalau di gang orang banyak juga Bu. Sekarang tanggung jawab kita mengurangi jumlah kendaraan di jalan supaya enggak terjadi kemacetan," Ujar Anies, Minggu, 9 Oktober 2016.
Jawaban yang diutarakan terkait keluhan tersebut ia akan membuat program transportasi umum yang dapat terjangkau dan nyaman di DKI Jakarta.
"Angkutan umum dibuat berubah. Nyaman, harga terjangkau. Kalau nyaman tapi mahal enggak ada yang naik juga. Kalau murah tapi enggak nyaman, enggak ada yang mau naik juga. Programnya meningkatkan kualitas transportasi," lanjutnya.
Dalam janji kampanyenya Anies beranggapan bahwa untuk mengurangi kemacetan ia harus mengurangi volume transportasi pribadi dan menambah transportasi publik. Namun, kita sadari pada kenyataannya hal itu tak pernah ia lakukan alhasil transportasi pribadi tetap saja memadati ibu kota.Â
Dan sekarang bukannya mengurangi transportasi pribadi tapi malah ia mempersempit jalan dengan melakukannya revitalisasi trotoar. Hingga efek dari revitalisasi trotoar itu sendiri menyebabkan kemacetan tambah parah.
Kedua, masalah yang terjadi adalah kerusakan jalan lintas sepeda yang dibongkar di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat demi kelancaran proyek revitalisasi trotoar.
"Jadi anggaran Rp 73 miliar itu ada beberapa komponen, tidak pure jalur sepeda sebenarnya. Karena di anggaran sudah di awal tambahan, sebagian besar untuk jalur sepeda dan marka ganjil genap," kata Kepala Dishub. Syafrin dilansir dari kompas.com Selasa, 29 Oktober 2019.
Meskipun dalam dana anggaran Rp. 73 miliar itu tidak sepenuhnya diperuntukan untuk penganggaran jalur sepeda tapi jelas turunnya dana tersebut awal mulanya hanya karena adanya anggaran pembuatan jalur sepeda yang diajukan.
Nah, dari kejadian ini tentu kita bisa menilai bahwa pembuatan jalur sepeda yang miliaran hanya digunakan dengan jangka waktu dua bulan saja, dan tentu program ini bisa dikatakan sebagai program pemborosan.
Lagi-lagi program yang Anies kerjakan hanya menghabiskan anggaran cuma-cuma tapi tidak berbuah apa-apa. Semua hanya berkisah coretan nominal saja, tanpa adanya bukti kerja nyata yang bisa ia persembahkan untuk kemaslahatan warga Jakarta.
Ketiga, masalah yang mungkin terjadi adalah kemubaziran trotoar yang diperbesar tapi tidak akan sepenuhnya digunakan. Karena menurut saya dari jumlah peminat pejalan kaki yang bisa dihitung jumlahnya.Â
Sekitar 100 atau 500 orang per hari dengan cakupan trotoar yang begitu besar dan panjang itu akan terlihat kebesaran dan kepanjangan trotoar ketimbang banyaknya pengguna. Dan kita ketahui juga sehebat-hebatnya pejalan kaki, mereka tidak akan menempuh perjalanannya hingga melebihi 500 sampai 1000 meter (1K) untuk berjalan kaki per-harinya.
Maka dari itu dapat dipastikan bahwa fasilitas trotoar yang disediakan ujung-ujungnya sayang juga tidak akan banyak yang menggunakan. Dan hal ini akan berujung pada hasil kemubaziran belaka.
Itulah tiga masalah yang bergulir saat terjadinya revitalisasi trotoar yang saat ini dilakukan oleh Gubernur Anies Baswedan.
Harapannya, semoga setelah selesainya revitalisasi trotoar peminat pejalan kaki menjadi lebih meningkat hingga fasilitas yang diadakan menjadi manfaat bagi warga Jakarta
Serta dari tiga masalah yang ditimbulkan segera terselesaikan dengan solusi-solusi terbaiknya. Agar dari apa yang dicita-citakan, khususnya tentang kesejahteraan masyarakat Jakarta menjadi terwujud melalui program kinerjanya. Amin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H