Mohon tunggu...
Idris
Idris Mohon Tunggu... Guru - Hidup disayang mati dikenang

Sang Penembus Kabut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jika Pelajaran Agama Dihapuskan, Bagaimana dengan Pelajaran Filsafat?

8 Juli 2019   20:18 Diperbarui: 9 Juli 2019   23:17 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
provisieducation.com


Akhir-akhir ini, isu pelajaran agama yang akan dihapuskan dalam kurikulum semakin marak diperbincangankan. Hal ini membuat banyaknya tanggapan dari berbagai kalangan, khususnya para tokoh agama.

"Agama tanpa nasionalisme akan menjadi ekstrem, sedangkan nasionalisme tanpa Agama akan kering. Beliau menambahkan bahwa fenomena ekstrimisme agama lahir dari orang dan kelompok orang yang terlalu eksklusif dan sempit dalam memehami agama, bukan karena ajaran agamanya". Ujar Prof. Said Aqil Sirad.

Pernyataan Prof. Aqil Siradj tersebut dapat menguatkan pemerintah untuk menolak usulan penghapusan pelajaran agama pada kurikulum. Selain itu, pemerintah juga dikuatkan oleh dasar idiologi kita yang berdasarkan pancasila point satu "Ketuhanan yang Maha ESA".

Agama merupakan alat tolak ukur interaksi sosial bagi masnusia dalam kehidupannya. Agama juga dapat mengerti bagaimana hidup untuk memanusiakan manusia untuk tujuan perdamaian.

Di usia dini pendidikan agama salah satu pendidikan yang tepat untuk membentuk sebuah karakter anak,  agar memiliki karakter yang baik. Maka jika pelajaran agama harus dihapuskan itu merupakan usulan yang salah, dan tak akan menunggu lama moralitas anak bangsa bukan hanya menurun tapi dipastikan hancur.

Sejak zaman penjajahan belanda secara resmi pelajaran agama diberlakukan di sekolah-sekolah dan sekolah tinggi atau kampus. Meski pada saat itu para pengajarnya bukan mayoritas muslim dan metode pengajarannya pun dengan menggunakan literatur yang dikarang oleh Orientalis.

Namun, tiba-tiba di zaman yang sudah modern ini muncul isu usulan penghapusan pelajaran agama tanpa alasan yang kuat dan akurat.

Usulan penghapusan pelajaran agama adalah sebuah keputusan sepihak bukan karena adanya sebuah aspirasi masyarakat semata. Oleh karenanya, hal ini perlu adanya kajian ulang bersama agar tidak adanya konflik sosial bagi masyarakat.

Apabila usulan ini diterima oleh pemerintah, saya pun bertanya, akankah pelajaran filsafat juga dihapuskan dalan kurikulum untuk pendidikan strata satu (S1)?

Pertanyaan yang saya utarakan tersebut berlandasan pada kehidupan sosial manusia yang selalu dirasakan di kesehariannya. Terlebih kita juga tahu bahwa agama dan filsafat adalah dua hal yang berbeda tapi sama tujuannya.

Jika penghapusan pelajaran agama dalam kurikulum terjadi dilakukan oleh pemerintah, pasti para penggagas agama seperti guru mau pun dosen pelajaran agama akan kehilangan kursi atau mata pencahariannya dan jika ada pengalihan kemana mereka akan dialihkan?

Selain itu, bagaimana dengan lembaga tertinggi agama Majlis Ulama Indonesia (MUI), akankah ditutup juga karena mayoritas dari komisioner lembaga tersebut orang-orang yang memiliki gelar keagamaan? Serta bagaimana dengan para penggagas filsafat akankah mereka merasa diuntungkan oleh persoalan ini, atau bahkan akan dihapuskan juga sama seperti pelajara agama yang sekarang sudah diisukan akan dihapus? Tentu, semuanya masih dalam pertanyaan tanpa adanya rungguhan. 

Memang, Terkait persoalan ini tak semuanya berdampak buruk, hal itu tergantung pada masing-masing persepektif diri seseorang.  Poin baiknya pada usulan ini, jika kita tarik ke arah logika agama itu merupakan hubungan manusia dengan Tuhan (Habluminallah). Iman atau tidaknya seseorang hanya kepribadiannya dan Tuhan yang tahu. Kita tidak bisa melakukan interpensi pada kepribadian mereka tentang agama.

Untuk itu, mari kita bersama-sama istiqarah terlebih dulu sebelum menyodorkan usulan ini. Agar semua atas apa yang akan kita putuskan tak lain hanya karena Allah demi kemaslahatan bersama baik bangsa dan negera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun