Mohon tunggu...
Idris Prasetyo
Idris Prasetyo Mohon Tunggu... lainnya -

A teacher who likes to be taught

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peace Village: Perkampungan Muslim di Kanada

9 Juni 2013   03:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:19 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Formasi 'Peace Village', Vaughan, Canada. Sumber : reviewofreligions.org)

Peace Village adalah nama sebuah perkampungan Muslim yang berlokasi di Vaughan, sebuah kota kecil sebelah utara Toronto, ibukota Canada. Sebenarnya penghuni pemukiman tersebut tidak seluruhnya Muslim, hanya mayoritas penghuninya saja yang beragama Islam akan tetapi perkampungan tersebut lebih dikenal dengan sebutan perkampungan Muslim oleh masyarakat Canada. Meskipun demikian, masyarakat non Muslim disana merasa nyaman dan aman hidup berdampingan dengan masyarakat Muslim di daerah itu.

Sejarah terbentuknya “Peace Village” (Kampung Perdamaian) ini bermula dari kedatangan seorang Muslim yang bernama Karam Din ke daerah tersebut pada tahun 1923. Karam Din datang ke kota kecil itu untuk urusan pekerjaannya. Kemudian seiring berjalannya waktu, beberapa keluarga Muslim pun mulai berdatangan ke daerah tersebut sehingga terbentuklah komunitas kecil Muslim di Vaughan. Pada tahun 1985, komunitas Muslim tersebut memutuskan untuk membeli tanah seluas 25 acre yang berlokasi di pedesaan, jauh dari kota  yang mana daerah tersebut dikeliling oleh lahan pertanian. Sehingga pada tahun 1992, mereka berhasil menyelesaikan pembangunan sebuah masjid yang cukup megah, dikenal dengan nama Masjid Baitul Islam.

1370752953355372288
1370752953355372288
(Masjid Baitul Islam, Sumber: alislam.org)

Salah satu faktor penting dalam sejarah terbentuknya “Peace Village” adalah ketika Pemerintah Canada pada waktu itu mengubah peruntukan kawasan tersebut yang pada mulanya untuk kawasan pertanian diubah menjadi kawasan pemukiman penduduk. Pembangunan pemukiman untuk masyarakat umum pun mulai dikerjakan. Komunitas Muslim yang memang telah menetap di daerah tersebut terlebih dahulu juga memutuskan untuk membeli lagi 50 acre tanah yang akan dibangun  perumahan bagi Muslim yang menghendaki untuk tinggal disana.

Awal mulanya, timbul kekhawatiran dan kecemasan masyarakat Non Muslim Canada tentang apa yang telah direncanakan oleh komunitas Muslim tersebut. Mereka menuduh Muslim menghendaki untuk membangun seperti layaknya“ghetto” (pemukiman Yahudi) yang ekslusif dan tertutup di Canada. Isu-isu miring pun mulai merebak di tengah masyarakat Canada. Perkampungan Muslim di daerah tersebut mulai menjadi sorotan publik dan media massa. Bahkan berita ini santer dibicarakan publik di Eropa. Salah satu serangan dan fitnah datang dari surat kabar Perancis, Le Figaro yang menggambarkan “Peace Village” sebagai pemukiman Muslim yang ekslusif dengan masyarakatnya yang berpendidikan rendah dan pengekangan terhadap kaum wanitanya. Ternyata semua yang terjadi memiliki hikmah yang besar terhadap komunitas Muslim disana, karena mulai berdatangan permintaan wawancara dari berbagai media di Canada. Alhasil, mereka pun dapat menjelaskan kepada publik mengenai ajaran Islam yang “Rahmatul Lil ‘Alamiin”, Islam yang damai dan penuh kasih sayang dan bagaimana ajaran Nabi Muhammad (saw) tentang toleransi serta sikap Muslim dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat non Muslim.

Berbagai media massa di Eropa pun mengirimkan para jurnalisnya untuk meninjau langsung perkampungan Muslim tersebut. Pada akhirnya mereka mengakui bahwa apa yang mereka lihat dan saksikan dengan mata kepalanya sendiri jauh berbeda dengan isu negative yang beredar selama ini. Berbagai media massa pun menuliskan reportasenya tentang “Peace Village” dengan mengungkapkan bahwa ini adalah perkampungan modern dengan masyarakat Muslimnya yang intelek, berkarakter damai dan penuh kasih. Itulah gambaran ajaran Islam yang sebenarnya yang dapat dilihat langsung secara praktikal dari karakter Muslim yang tinggal di perkampungan itu. Pemberitaan mengenai “Peace Village” pun berbalik 180 derajat, sehingga media massa pun mulai menayangkan berita-berita positif mengenai perkampungan itu.

Komunitas Muslim tersebut sedang terus melanjutkan pembangunan untuk mewujudkan “Peace Village” yang dapat menjadi representasi dari Islam itu sendiri. Proyek pembangunan untuk 260 rumah pun sedang digarap dan dalam tahap penyelesaian. Pengembangan dan penyempurnaan “Peace Village” sebagai perkampungan Muslim yang ideal sedang terus dilakukan. Publik bisa melihat dan menilai secara langsung apa itu ajaran Islam dari perilaku dan kebiasaan masyarakat Muslim di daerah itu. Dan ini akan menjadi sarana dakwah Islam yang sangat efektif di dunia Barat. Itulah salah satu dari sekian banyak sumbangsih Komunitas Muslim tersebut yang lebih dikenal dengan Ahmadiyya Muslim Community (Jama’ah Muslim Ahmadiyah) dalam upaya dakwah Islam globalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun