Pajak yang tinggi selalu menjadi topik kontroversial, terutama ketika dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan.Â
Tahun 2025 menjadi momen penting dalam sejarah perekonomian Indonesia, dengan kebijakan fiskal yang ambisius, namun nampaknya masih jauh dari harapan banyak orang.Â
Mengapa pajak yang dimaksudkan untuk mendukung pembangunan dan meningkatkan kualitas hidup justru menjadi beban bagi masyarakat kurang mampu?
Pajak: Instrumen Vital atau Beban Berat?
Pajak merupakan pilar fundamental pembiayaan nasional. Melalui pajak, pemerintah dapat membangun infrastruktur, meningkatkan layanan kesehatan, mendanai pendidikan, dan menjaga stabilitas ekonomi.Â
Namun, banyak orang sering merasa bahwa kontribusi mereka yang signifikan melalui pajak tidak sebanding dengan manfaat yang mereka terima.
Pada tahun 2025, dengan meningkatnya inflasi dan ketidakpastian tekanan perekonomian global, daya beli masyarakat akan semakin tertekan.Â
Pajak yang tinggi terhadap barang-barang penting dan sektor vital menambah beban kehidupan sehari-hari. Ironisnya, banyak masyarakat yang merasa kesejahteraannya belum meningkat secara signifikan, padahal kontribusi pajak terus meningkat.
Ketimpangan Distribusi Manfaat
Salah satu akar permasalahannya adalah ketimpangan distribusi manfaat. Banyak daerah yang masih tertinggal dalam pembangunan, sementara pusat kota masih mempunyai fasilitas yang jauh lebih maju. Hal ini menimbulkan kesenjangan antara masyarakat perkotaan dan pedesaan.