Peran Teknologi dalam Memperbesar atau Mengurangi Ketimpangan
Kemajuan teknologi bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, hal ini menciptakan peluang baru bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya, terutama melalui platform digital. Di sisi lain, mereka yang tidak memiliki akses atau literasi digital mungkin akan semakin tertinggal.
Kebijakan yang mendorong digitalisasi tanpa mempertimbangkan inklusivitas dapat memperburuk kesenjangan. Misalnya, masyarakat di daerah terpencil seringkali kekurangan akses internet atau keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan teknologi. Akibatnya, kesenjangan digital muncul sebagai bentuk baru kesenjangan ekonomi.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Mengatasi ketimpangan ekonomi merupakan tugas yang menantang, namun hal ini pasti dapat dicapai. Langkah pertama adalah mengubah paradigma kebijakan dari sekadar mengejar pertumbuhan menjadi mendorong kesetaraan. Pemerintah harus mengalokasikan lebih banyak dana untuk pembangunan daerah tertinggal, dengan fokus tidak hanya pada infrastruktur fisik tetapi juga pada peningkatan sumber daya manusia.
Selain itu, penerapan perpajakan progresif yang lebih kuat juga penting untuk memastikan bahwa individu yang lebih kaya berkontribusi secara signifikan terhadap program sosial. Digitalisasi juga harus diarahkan pada inklusi, misalnya dengan memberikan pelatihan dan infrastruktur digital di daerah terpencil.
Namun, aspek yang paling krusial adalah mengubah pola pikir kita sebagai masyarakat. Ketimpangan ekonomi bukan hanya soal angka; hal ini mencerminkan pandangan kami mengenai keadilan dan kesetaraan. Jika kita membiarkan ketimpangan ini terus berlanjut, kita tidak hanya berisiko kehilangan potensi ekonomi namun juga membahayakan stabilitas sosial.
Kesimpulan: Jalan Panjang Menuju Pemerataan
Ketimpangan ekonomi di Indonesia bermula dari kebijakan yang mengutamakan pertumbuhan tanpa mempertimbangkan pemerataan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kita harus menerapkan langkah-langkah strategis yang tidak hanya mengatasi gejalanya tetapi juga akar permasalahannya. Ini merupakan perjalanan panjang yang memerlukan komitmen pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat secara keseluruhan. Pada akhirnya, Indonesia yang sejahtera adalah Indonesia yang tidak hanya sejahtera namun juga adil dan merata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H