Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Editor - Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Revolusi Energi Terbarukan: Apakah Indonesia Bisa Mengurangi Ketergantungan pada Batu Bara?

26 November 2024   11:27 Diperbarui: 26 November 2024   11:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Industri Batu Bara. (Sumber Pixabay/staficukanatoly)

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia, hal ini berdampak signifikan terhadap pasokan energi dan kemampuan ekspornya. Namun, krisis iklim yang memburuk telah menimbulkan kekhawatiran akan berlanjutnya ketergantungan terhadap batu bara. Ketika dunia bergerak menuju energi terbarukan, Indonesia harus mengambil langkah proaktif. Mengingat potensi energi surya, angin, air, dan biomassa yang melimpah, apakah Indonesia siap melakukan transisi penting ini?

Batu Bara: Ketergantungan Ekonomi dan Energi

Batubara merupakan sumber energi yang signifikan, menyumbang lebih dari 50% listrik di Indonesia. Selain itu, sektor batubara merupakan tulang punggung perekonomian yang berperan besar dalam menghasilkan pendapatan nasional melalui ekspor. Ketergantungan ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja tetapi juga memperkuat infrastruktur energi yang telah ada selama bertahun-tahun.

Meskipun demikian, ketergantungan ini mempunyai risiko yang besar. Dalam skala global, emisi karbon dari pembakaran batu bara merupakan kontributor utama perubahan iklim. Di dalam negeri, pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara masih memberikan dampak yang merugikan. Jika Indonesia ingin tetap relevan dalam perekonomian global yang semakin mengutamakan keberlanjutan, transisi dari penggunaan batu bara sangatlah penting.

Potensi Energi Terbarukan yang Melimpah

Indonesia kaya akan potensi energi terbarukan. Dengan iklim tropisnya, negara ini menerima sinar matahari berlimpah sepanjang tahun, menjadikannya kandidat yang tepat untuk inisiatif energi surya. Energi angin juga muncul sebagai pilihan yang layak, terutama di wilayah pesisir seperti Sulawesi dan Nusa Tenggara. Selain itu, Indonesia memiliki sumber daya panas bumi yang sangat besar, yaitu sekitar 40% dari total cadangan panas bumi dunia.

Potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Tantangan utamanya adalah besarnya investasi awal yang diperlukan untuk membangun infrastruktur energi terbarukan. Selain itu, inkonsistensi kebijakan dan kurangnya insentif bagi pengembang energi terbarukan semakin menghambat investasi di bidang ini.

Hambatan Transisi Energi

Mereformasi sistem energi suatu negara merupakan tantangan yang berat. Salah satu kesulitan utama adalah mengganti infrastruktur lama yang dibangun untuk mengakomodasi bahan bakar fosil. Di Indonesia, sebagian besar pembangkit listrik masih menggunakan batu bara, dan peralihan ke sumber energi terbarukan memerlukan investasi besar.

Selain itu, dampak politik dan ekonomi dari industri batubara juga signifikan. Pemerintah mempunyai pengaruh yang kuat dalam masalah kebijakan, yang sering kali dapat menghambat kemajuan menuju energi terbarukan. Kekhawatiran akan hilangnya lapangan kerja di sektor batubara adalah alasan lain yang sering disebut-sebut sebagai penyebab tertundanya transisi energi.

Revolusi Energi yang Diperlukan

Untuk benar-benar mengurangi ketergantungannya pada batu bara, Indonesia memerlukan revolusi energi. Langkah pertama yang harus diambil pemerintah adalah memperkuat komitmen terhadap target transisi energi yang ambisius. Dengan menetapkan tujuan yang jelas, seperti menargetkan 23% pangsa energi terbarukan dalam bauran energi pada tahun 2025, langkah-langkah praktis dapat dimulai.

Meningkatkan investasi pada teknologi energi terbarukan sangatlah penting. Pemerintah dapat mendorong hal ini dengan memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaan yang mengalami kemajuan di bidang ini atau dengan menarik investor internasional yang fokus pada proyek energi ramah lingkungan. Selain itu, penting untuk menerapkan program pendidikan dan pelatihan ulang bagi pekerja sektor batubara untuk membantu mereka bertransisi melalui perubahan ini.

Komunitas memainkan peran penting dalam transisi ini. Seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya energi terbarukan, tekanan dari komunitas akar rumput dapat mendorong perubahan kebijakan yang lebih progresif. Konsumen dapat memilih opsi listrik yang lebih ramah lingkungan jika tersedia.

Masa Depan Tanpa Batu Bara: Apakah Mungkin?

Meskipun peralihan dari batu bara ke energi terbarukan penuh tantangan, hal ini masih dapat dicapai. Negara-negara seperti Jerman dan Denmark telah menunjukkan bahwa perubahan-perubahan ini dapat dilakukan tanpa membahayakan stabilitas ekonomi. Jika dikelola dengan baik, transisi energi dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru, menciptakan lapangan kerja ramah lingkungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Indonesia memiliki semua kunci keberhasilannya sumber daya energi yang melimpah, generasi muda yang inovatif, dan kebutuhan penting untuk melindungi lingkungan. Yang dibutuhkan saat ini adalah visi dan komitmen politik yang kuat untuk mencapainya.

Kesimpulan

Transisi menuju energi terbarukan di Indonesia lebih dari sekedar cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap batu bara. Ini merupakan langkah penting menuju pencapaian kelestarian ekonomi dan lingkungan jangka panjang. Jalan ke depan mungkin sulit, namun dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Indonesia mempunyai peluang besar untuk menjadi yang terdepan dalam transisi energi global. Masa depan yang lebih hijau tidak hanya bisa dicapai; itu adalah tujuan yang harus kita perjuangkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun