Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Editor - Digital Marketer/Content Writer

Menghidupkan tulisan dengan gaya santai namun informatif. Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Inflasi dan Daya Beli: Apakah Masyarakat Masih Mampu Bertahan?

23 November 2024   14:54 Diperbarui: 23 November 2024   15:22 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inflasi adalah istilah yang akrab bagi sebagian besar dari kita. Setiap tahun, kita mendengar tentang kenaikan harga barang dan jasa yang terus menerus, yang seringkali berdampak pada kemampuan kita untuk membeli apa yang kita butuhkan. Belakangan ini, inflasi kembali menjadi sorotan sehingga menyebabkan banyak orang mengevaluasi kembali kebiasaan belanjanya. Namun, apakah individu benar-benar mampu menahan tekanan ekonomi seperti itu? Mari kita lihat lebih dekat.

Inflasi dan Dampaknya: Mengapa Harga Terus Melonjak?

Secara sederhana inflasi adalah kenaikan tingkat harga umum barang dan jasa selama periode tertentu. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai alasan, antara lain gangguan pasokan, peningkatan biaya produksi, dan kebijakan ekonomi global. Di Indonesia, inflasi seringkali dipengaruhi oleh harga pangan dan energi, serta nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Dampak nyatanya terlihat ketika harga kebutuhan pokok meningkat. Misalnya, ketika harga beras atau minyak goreng naik, masyarakat yang berpendapatan tetap, terutama masyarakat berpendapatan rendah hingga menengah, akan mengalami penurunan daya beli. Situasi ini semakin diperparah jika harga bahan bakar naik, karena hal ini berdampak langsung pada biaya transportasi dan produksi produk lainnya.

Inflasi sebenarnya bisa mempunyai aspek positif. Jika angka tersebut masih pada level terkendali, hal ini sering merujuk pada pertumbuhan ekonomi. Kesulitan muncul ketika inflasi tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan sehingga menyebabkan daya beli stagnan atau bahkan menurun.

Daya Beli yang Tergerus: Bagaimana Masyarakat Bertahan?

Ketika kekuatan finansial melemah, individu biasanya mengambil strategi untuk bertahan hidup. Mereka mulai mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang mereka anggap tidak penting, seperti hiburan atau liburan. Namun, bagi sebagian orang, pemotongan tersebut tidak cukup dan mungkin menyebabkan mereka mengurangi konsumsi barang-barang penting atau mencari sumber pendapatan tambahan.

Fenomena ini memberikan dampak baik bagi individu maupun dunia usaha. Ketika daya beli melemah, terjadi penurunan nyata dalam permintaan barang dan jasa. Akibatnya, banyak pemilik usaha yang harus menaikkan atau menurunkan harga atau mengurangi kapasitas produksi agar operasionalnya tetap berjalan.

Di sisi lain, kelompok masyarakat tertentu mungkin lebih mahir dalam mengendalikan inflasi. Individu dengan aliran pendapatan atau aset investasi yang fleksibel umumnya memiliki peluang lebih besar untuk menyeimbangkan kenaikan biaya. Hal ini menunjukkan bahwa dampak inflasi berkaitan erat dengan lanskap ekonomi unik setiap orang.

Apakah Ada Jalan Keluar?

Untuk mengatasi masalah ini, kami menyadari bahwa satu pendekatan saja tidak akan cukup untuk memerangi inflasi dan dampaknya terhadap daya beli. Namun, ada banyak konsep menarik yang bisa dianut baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

Dilihat dari sudut pandang kebijakan, pemerintah harus mengendalikan inflasi melalui strategi moneter dan fiskal yang efektif. Salah satu bagian penting dari hal ini adalah menjaga pasokan barang dan jasa. Misalnya, jika harga pangan melonjak, pemerintah dapat melakukan impor produk secara strategis untuk menjamin ketersediaannya. Selain itu, penguatan nilai rupiah menjadi langkah penting dalam meredam inflasi yang timbul dari impor.

Dalam masyarakat, pentingnya pendidikan keuangan tidak bisa dilebih-lebihkan. Banyak orang yang belum memahami bagaimana cara mengelola keuangannya dengan bijak, terutama saat menghadapi inflasi. Misalnya, sangat penting untuk mendedikasikan sebagian pendapatan Anda untuk berinvestasi atau menabung dalam bentuk aset yang nilainya diperkirakan akan meningkat seiring berjalannya waktu.

Selain itu, kreativitas dan inovasi menjadi komponen penting. Ketika daya beli konsumen menurun, banyak orang beralih ke bisnis rumahan atau menyediakan layanan online untuk meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat kesulitan ekonomi yang signifikan, selalu ada peluang bagi mereka yang mampu beradaptasi.

Masa Depan: Optimisme atau Kekhawatiran?

Pertanyaan mendesak yang masih tersisa adalah: mampukah masyarakat mengatasi inflasi yang terus berlanjut? Itu bukanlah jawaban yang mudah. Kemampuan masyarakat Indonesia untuk bangkit kembali dari keterpurukan telah terbukti berkali-kali, namun ketergantungan mereka pada tata kelola pemerintahan yang efektif dan kondisi global yang tidak dapat diprediksi membuat masa depan mereka diselimuti ketidakpastian.

Ada rasa optimisme terhadap potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang, terutama dengan terus berkembangnya digitalisasi dan inovasi. Namun, penting bagi semua orang pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk bersatu guna mencegah inflasi menjadi ancaman yang melemahkan daya beli dan stabilitas ekonomi.

Menghadapi inflasi memerlukan kemampuan beradaptasi. Dengan menerapkan strategi yang tepat baik di tingkat personal maupun nasional, Indonesia memiliki peluang besar untuk tidak hanya bertahan namun juga tumbuh di tengah tantangan global. Pada akhirnya, inflasi bukan hanya soal angka akan tetapi merupakan cerminan ketahanan dan kreativitas kita sebagai sebuah bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun