Bersama-sama, mereka berjalan menyusuri lorong, sorotan senter mereka menembus kegelapan. Semakin dalam mereka pergi, semakin terasa lingkungan sekitar yang tidak biasa. Udara semakin berat, dan mereka bisa mendengar suara langkah kaki bergema di kejauhan.
"Dara, aku tak nyaman dengan ini," ucap Toni pelan.Â
"Aku juga merasakan hal yang sama, tapi kita harus mencari tahu kemana perjalanan ini akan membawa kita," jawab Dara, hatinya dibebani rasa takut.
Lorong itu membawa mereka ke sebuah ruangan luas dengan dinding batu kokoh. Di tengah ruangan, mereka melihat pintu lain, dihiasi ukiran simbol-simbol aneh yang mengingatkan pada kotak kayu.
"Apakah kamu yakin kunci ini juga untuk pintu ini?" tanya Tony.
Dara mengangguk dan dengan hati-hati memasukkan kunci ke lubangnya. Saat dia memutarnya, pintu terbuka secara bertahap, menghasilkan suara yang menakutkan.
Ketika mereka mengintip melalui pintu, jantung mereka berdebar kencang melihat pemandangan yang mengerikan itu. Dunia misterius terkuak, diselimuti kabut tebal dan siluet bergerak. Mereka bisa mendengar jeritan samar, bercampur dengan bisikan yang tidak masuk akal.
"Kita harus pergi," bisik Toni, wajahnya pucat.
Namun sebelum mereka sempat mundur selangkah, pintu dibanting hingga tertutup, mengunci mereka di tempat yang menakutkan itu.
"Kuncinya! Kami membutuhkannya untuk melarikan diri!' teriak Toni, jelas panik. Dara mencoba menggunakan kunci pintu, namun tidak efektif. Saat mereka kebingungan, sesosok bayangan mendekat, mata mereka bersinar merah.
"Kita harus lari!" teriak Dara.