"TIDAK!" Clara berteriak, suaranya bergema.
Sesosok bayangan muncul di belakangnya, mendekat. Clara bisa merasakan kehadirannya, dingin dan mengancam. Mengumpulkan keberanian terakhirnya, dia berteriak,
"Apa yang kamu inginkan dariku?"
Sosok itu berhenti sejenak, dan dengan suara yang menggelegar, dia menjawab
"Kamu telah memasuki tempat yang bukan milikmu, dan sekarang kamu menjadi milik kami."
Tiba-tiba, koridor itu mulai runtuh. Dinding berubah menjadi bayangan gelap yang melahap semua yang dilewatinya. Clara mencoba lari, tapi tidak ada tempat untuk melarikan diri. Kegelapan akhirnya menyelimuti dirinya.
Saat dia membuka matanya, Clara mendapati dirinya berada di tempat yang berbeda. Dia berdiri di sebuah ruangan luas yang dipenuhi cermin-cermin tua. Di setiap cermin, ia melihat bayangannya, namun dengan ekspresi berbeda. Ada yang tersenyum, ada yang menangis, dan ada yang tampak marah.
Clara berjalan ke salah satu cermin. Saat dia menyentuhnya, sebuah tangan terulur dari dalam kaca dan menariknya masuk. Dia berteriak, tapi suaranya menghilang dalam keheningan.
Keesokan harinya, apartemen Clara ditemukan kosong. Barang-barangnya masih ada, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Satu-satunya hal yang aneh ada di layar laptopnya: gambar koridor tak berujung, dengan sosok bayangan tinggi berdiri di tengahnya.
Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi pada Clara. Namun, beberapa orang yang berjalan di jalan sempit pada malam hari melaporkan melihat gang yang sama dan mendengar bisikan samar memanggil mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H