Shinta merasakan gelombang ketidakpercayaan menerpa dirinya. Dia teringat kejadian dari lantai atas sehari sebelumnya. "Jadi... apa yang kulihat kemarin benar-benar nyata?" dia diam-diam bertanya pada dirinya sendiri.
Malam itu, Shinta memutuskan untuk bermalam di rumahnya. Dia merasa penting untuk menjaga tempat itu dan belajar lebih banyak tentang "makhluk tak kasat mata" yang ditulis pamannya. Namun, menjelang tengah malam, dia terbangun oleh suara pintu yang berderit terbuka.
Dia mengambil senter dari samping tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya dengan hati-hati. Suara itu datang dari tangga menuju lantai berikutnya.
Saat dia mendekati tangga, rasa takut melanda dirinya ketika dia melihat sesosok bayangan berdiri di atas, menatapnya.
"Siapa kau?" seru Shinta dengan suara gemetar.
Bayangan itu terdiam, bergerak perlahan menuju ruang tamu di lantai atas. Pintu terbuka dengan sendirinya lalu tertutup setelah bayangan masuk. Shinta merasakan tubuhnya menjadi kaku.
Namun, dia merasakan kebutuhan yang tidak bisa dijelaskan untuk mengikutinya. Dengan gerakan yang hati-hati dan lambat, dia menaiki tangga, setiap langkahnya terasa seperti ada beban berat yang menariknya ke bawah.
Saat dia berdiri di depan pintu kamar tamu, dia mendengar suara tangisan pelan dari dalam. Dia membuka pintu dan menemukan seorang wanita di sudut, wajahnya sulit dilihat.
Wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah Shinta, matanya tanpa cahaya dan dipenuhi kesedihan. "Kenapa kamu kembali?" dia bertanya, suaranya kental dengan emosi.
"Saya hanya ingin memastikan rumah ini dirawat dengan baik" jawab Shinta.
Wanita itu menggeleng pelan. "Rumah ini bukan milikmu. Bukan juga milik keluargamu. Rumah ini adalah milikku."