Siluet itu tersenyum, senyuman yang semakin lebar seiring berjalannya waktu. "Aku adalah kamu... yang telah lama menunggu. Aku adalah bayanganmu, terperangkap di sini." Nadya menggeleng kuat-kuat, berusaha menolak gagasan itu. "Ini tidak mungkin. Ini... hanya mimpi buruk!"
Sosok di cermin terkekeh pelan, suaranya menggema ke seluruh ruangan. "Kamu boleh mencoba melarikan diri, Nadya, tapi kamu tidak bisa bersembunyi dariku. Aku akan selalu di sini...menunggu di balik pantulan."
Ketakutan mencengkeram erat Nadya. Tiba-tiba, dia teringat sehelai kain tua di lacinya yang mungkin menutupi cermin. Dia segera berlari ke laci, mencoba mengalihkan pandangannya dari cermin. Namun ketika dia menemukan kain itu dan berbalik, dia terkejut melihat bayangan itu bergerak dengan sendirinya, keluar dari bingkai cermin dan perlahan berjalan ke arahnya.
"Mundur!" Seru Nadya sambil memegang erat bahan itu di tangannya seolah itu satu-satunya pengamannya.
Bayangan itu berhenti, dan senyuman menakutkan kembali muncul di wajah mereka. "Aku sudah mengatakannya sebelumnya, Nadya. Aku bagian dari dirimu. Kamu tidak bisa lari dari ini."
Dengan keberanian terakhir yang bisa dikumpulkannya, Nadya melemparkan kain itu ke arah cermin. Tak lama kemudian, bayangan itu menghilang, seolah kain itu telah menyerap keberadaannya. Keheningan kembali menyelimuti ruangan itu, dan Nadya merasa lega sejenak. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang.
Tepat sebelum dia bisa keluar, sebuah bisikan melayang di udara dari balik bahan penutup cermin.
"Aku akan kembali, Nadya. Tidak peduli berapa lama kamu berpikir kamu bisa menghindariku, aku akan muncul... ketika kamu belum siap."
Mendengar suara itu membuat Nadya gemetar. Dia menyadari bayangan itu masih ada di sana, dengan sabar menunggu momennya. Setelah malam itu, dia tidak bisa lagi bercermin. Dia bahkan membungkusnya dengan beberapa helai kain, berharap bisa lepas dari bayang-bayang.
Setiap malam, sebelum dia tertidur, dia mendengar suara samar dari cermin. Bisikan yang membuat bulu kuduknya berdiri. Suaranya menenangkan sekaligus firasat, seolah memberi tahu Nadya bahwa bayangan itu masih ada, menunggu waktu yang tepat untuk kembali.
Ada malam-malam tertentu di mana Nadya merasakan keinginan besar untuk bercermin. Tapi dia menahan diri, menolak membiarkan refleksi itu mendapat kesempatan lagi.