Mohon tunggu...
Indra Y.
Indra Y. Mohon Tunggu... wiraswasta -

#

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Fiksi Misteri] Iblis Neraka

18 September 2011   04:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:52 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doni Iskandar 23/09/2011 kecelakaan dalam tugas

xxx

Hujan yang mengguyur kota Malang dari pagi hingga siang itu tak mampu menggoyahkan kesibukan di Kantor Polres Malang. Kapten Doni Iskandar, Indra, dan beberapa anggota satuan reserse dan kriminal lainnya sibuk menelaah kasus bunuh diri (yang diduga sang Kapten sebagai kasus pembunuhan berantai) baru-baru ini.
Kapten Doni Iskandar adalah polisi senior berusia diawal 40 tahun. Badannya tinggi tegap, tidak seperti polisi-polisi tua lainnya yang umumnya berperut buncit. Anti rokok dan alkohol, serta berjiwa pemimpin. Sudah empat  tahun dia dipindahkan ke Kepolisian Malang dari Kepolisian Daerah Jawa Timur di Surabaya. Alasannya karena prestasinya yang terus naik, tenaga dan kemampuannyannya diperlukan di daerah. Sedangkan anak buah kepercayaannya, Indra Yudhistira, baru dua tahun lulus dari Akademi Kepolisian. Kapten Doni Iskandar sendiri yang memilihnya sebagai asistennya. Orangnya cerdas. Berperawakan sedang, khas polisi muda yang baru masuk. Sejak saat itulah, Indra menjadi orang kepercayaan Kapten Doni Iskandar.
"Pak, sepertinya saya sedikit mengerti kasus ini."
"Bagaimana?"
"Benar kata Bapak. Ini pembunuhan berantai. Entah kebetulan atau tidak, coba lihat nama korban. Dan bandingkan dengan surat dari iblis neraka."
" Saya berpikir huruf awal dari nama-nama korban cocok dengan isi surat tersebut." Indra menandai apa yang dimaksudnya.

Leni, Elisa, Tiara, Santi
LETS DANCE TOGETHER

"Jadi jika berdasarkan analisismu, korban berikutnya adalah seseorang dengan huruf awal namanya 'D'."
"Saya pikir begitu, Pak."
"Tapi siapa orang itu? Warga Malang ribuan orang!"
"Saya sudah membuat daftarnya Pak. Di kota Malang ini orang dengan huruf awal namanya 'D' ada sekitar 100 orang. Kita mungkin bisa menanyainya satu-persatu."
"Hmm... ada namaku juga ya." Kapten tersenyum.
Indra juga ikut tersenyum. Ujung bibir kanannya tertarik ke atas. "Tidak mungkin iblis neraka itu berani mendekati Bapak."
Sang Kapten memandangnya, "Apa ada hal lain yang kau temukan? Persamaan dari keempat korban tersebut? Kita kan tidak mungkin harus menanyai keseratus orang itu kan?"
"Untuk sementara ini saya belum menemukannya, Pak. Tapi saya akan terus berusaha."
"Baik. Lanjutkan tugasmu!"

xxx

23 September 2011; pukul 11.10

"Kapten!" Indra berlari ke dalam ruangan dengan napas terengah. Di tangannya terdapat selembar kertas. Wajahnya menunjukkan keterkejutan. Di dalam ruangan satuan reserse dan kriminal hanya ada Kapten Doni Iskandar.
"Saya menemukan surat ini... di kotak pos depan."
Kapten Doni Iskandar menyambar kertas yang dipegang Indra. Dia membacanya sekilas. Lalu diremasnya kertas itu.
"Jadi iblis bodoh itu ingin bermain main dengan kita!?"
"Tapi Pak, mengapa dia mengirim surat pemberitahuan? Itu seperti bukan dia."
"Entahlah. Kita harus ke sana. Aku tahu tempat yang dimaksud."
"Baik, Pak!"

Polisi polisi bodoh, kali ini aku bermurah hati. Temui aku di pintu surga dimana kotak gambar serupa nyata tergeletak rusak. Burung phoenix yang mematuknya untuk dipersembahkan pada raja penguasa neraka. Saat tiga pengembara menatap langit saat itulah prajurit prajurit  bersatu menjadi tawanan di surga. Lets dance together.

23 September 2011; pukul 11.45

Kapten Doni Iskandar dan Indra tiba di depan sebuah bioskop yang telah terbakar, Malang Theatre. Bioskop itu terletak di pinggir jalan raya dan diapit oleh dua toko buku yang cukup ramai.
"Apa benar dia ada di sini, Pak?"
"Pesannya yang mengatakan sendiri. Kotak gambar berarti bioskop. Burung phoenix merupakan burung api. Malang punya dua bioskop yang bangkrut, tapi yang ditutup karena kebakaran hanyalah ini."
"Terus mengapa kita harus ke sini secepat ini? Siapa tahu dia hanya menjebak kita?"
"Kukira kau lebih cerdas dari yang aku pikirkan. Tiga pengembara menatap langit adalah saat jarum jam, menit, dan detik menunjuk ke atas, yaitu jam 12.00, dia akan membunuh korban selanjutnya pada pukul 12 siang ini. Cepat waktu kita tidak banyak!"
Kapten Doni Iskandar menjelaskan sambil berlari ke dalam bioskop. Keadaan bioskop lama itu gelap dan suram karena sudah tidak lama tidak terpakai. Dengan membawa  sepucuk FN Bareta di tangan, Kapten Doni Iskandar dan Indra mulai menyelidiki seluruh isi bioskop. Sang Kapten segera melesat ke lantai 2 bioskop, sedangkan Indra menyelidiki lantai 1.
"Hoi! Keluar kau! Iblist!" terdengar teriakan di lantai 2.
"Mencariku Kapten?"
Dari arah punggung Kapten muncul sesosok misterius berjubah hitam dan bertopeng. Kapten Doni Iskandar menjaga jarak dengan sosok tersebut.
"Lepaskan tawananmu?!" Tanya Kapten geram.
"Tawanan? Kau masih belum sadar juga?"
"Aku sudah tahu pola permainanmu. Nama korban, waktu kematian korban, dan cara kau membunuh. Semua berkaitan dengan pesanmu."
"Oh ya? Yakin sekali Kapten. Kapten lupa kata prajurit? Itu berarti polisi, ANDA KAPTEN!"
Sosok hitam tersebut memojokkan Kapten Doni Iskandar  ke dalam ruangan bioskop. Tangan kanannya mengeluarkan jenis senjata yang sama: FN Bareta dari balik jubahnya. Diarahkannya senjata api tersebut ke kepala Kapten. Kapten Doni Iskandar refleks juga mengarahkan senjatanya ke tubuh berjubah itu. Tapi sayang itu hanya tipuan, dengan satu gerakan kilat tangan kiri 'si iblis' yang juga memegang pistol menembakkan pelurunya ke tubuh Kapten. Dua bunyi tembakan keras cukup untuk membuat tubuh Kapten yang malang itu terjengkang ke belakang. Cairan merah kental mengalir tepat di bagian jantung Kapten Doni. Bunyi debam di lantai berdebu di dalam ruangan tersebut mengantar kepergian Kapten Doni Iskandar. Menjadi tawanan surga selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun