Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Teluk Penyu, Pantai Terbengkalai dan Penuh Sampah

11 Juni 2024   14:18 Diperbarui: 12 Juni 2024   18:30 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal milik nelayan bejejer di tepi laut yang penuh sampah (Dokumentasi Pribadi)

Jam di tanganku menunjukkan pukul 06.30 WIB, kala sinar matahari pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah, 9 November 2023 beranjak naik. Debur ombak kecil bergelombang menepi sambil membawa batang dan ranting pohon. Di atas dermaga penyangga mungil tempat nelayan menyandarkan kapal, saya berdiri menatap matahari.

Dari jauh kulihat kapal ikan milik nelayan berjejer di bibir laut. Beberapa nelayan sedang membersihkan kapal, dan yang lain merapikan jaring ikan. Di seberang jalan beraspal, berderet penjual ikan kering dan restaurant ikan bakar bersiap membuka lapak. Tak jauh darinya air laut yang keruh mengalir menuju pasir samping jalan.

Terlihat di pinggir pantai sampah dan aneka ragam kotoran menyebar di banyak sudut pantai. Aliran sungai yang mengalir ke laut membawa tumpukan sampah. Awalnya, warna hitam air sungai yang kulihat dari atas jembatan sepanjang jalan ke pantai mengagetkanku. Namun jawabannya kudapat setelah melihat serakan sampah sepanjang pinggir pantai.

Inilah mungkin penyebab sepinya pengunjung yang hendak menikmati suasana pantai. Udara laut yang sejatinya segar, seringkali bercampur bau anyir sampah di sekitar. Perlahan, sinar matahari indah menyembul meninggi di ujung laut. Sementara bau ikan asin kering dan aroma lain menyengat penciumanku, mempercepat joggingku berakhir.

Sambil berlari kecil menyusuri pinggir jalan pantai, saya memperhatikan detak kehidupan kampung nelayan di sana. Dua orang pengujung dari luar kota kulihat berlari berpapasan di jalan.

Itulah lokasi sepanjang pantai dekat kota Cilacap, di mana Teluk Penyu salah satunya. Pantai yang berlokasi tak jauh dari gemerlap kota Cilacap lengang nan sepi. Loket pembayaran di pintu gerbang tak dijaga petugas. Beberapa pengunjung hilir mudik masuk tanpa membayar biaya kepada penjaga loket. Pantai nampak tak terurus dan kusam.

Teluk Penyu, pantai kebanggan warga kota Cilacap (Dokumentasi Pribadi)
Teluk Penyu, pantai kebanggan warga kota Cilacap (Dokumentasi Pribadi)

Sepinya pengunjung berdampak pada kondisi social-ekonomi warga sekitar, terutama yang tinggal di kawasan pantai. Penduduk pesisir tetap miskin dan hidup dengan sederhana. Meski mereka dekat dengan kota, namun tingkat kesejahteraannya minimalis. Lantas, apa penyebab pantai sepi dan kurang terurus?

Keberadaan Industri Ekstraktif

Sektor pariwisata, pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan (dan produk turunan seperti; emplang, kripik ikan/udang dsb) belum menarik minat penduduk dan pemerintah derah memafaatkannya. Sumber daya alam itu bagai barang mati yang belum menjadi amunisi bernilai-tambah. Semua orang dan stake holder terkait terbuai dengan kekayaan alam fosil berupa minyak yang berlokasi di lepas pantai, beberapa kelometer dari kota Cilacap.

Kilang perusahaan mampu memasok 34 persen kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) nasional atau 60 persen BBM di pulau Jawa atau menghasilkan 348.000 barel minyak per hari. Besar kan...

Selain perusahaan minyak, beberapa perusahan juga berlokasi di sana. Di antaranya; pabrik semen Dynamik, pabrik gula rafinasi, pabrik pengolahan ikan, dan pembangkit listrik tenaga uap (LPTU), yang mampu memproduksi hingga 7.700 Mega Watt. (Sumber: Solo Pos, 23 Februari 2023)

Dampak aktivitas eksplorasi sumber minyak disinyalir factor penyebab menurunnya (degradasi) ekosistem pantai. Meski ia jauh di laut lepas, namun pantai dan daratan terdekat yang dihuni warga pesisir menerima dampaknya. Insiden kesalahan dalam pengeboran di laut lepas misalnya sering menyisakan bencana ekologi bagi daerah terdekat.

Pernah ada minyak tumpah yang mengotori dan mencemati laut serta menyengsarakan masyarakat. Seperti pada Senin 27 Juni 2022, terjadi tumpahan minyak mentah (crude oil) sebanyak 1.900 liter dari kilang pengeboran di perairan Cilacap. Akibat tumpahannya menimbulkan bau tak sedap dan mengotori wilayah tangkapan ikan serta kondisi pantai (Tempo, selasa, 28 Juni 2022).

Pantai yang indah penuh dengan sampah dan kotoran (Dokumentasi Pribadi)
Pantai yang indah penuh dengan sampah dan kotoran (Dokumentasi Pribadi)

Tak dipungkiri memang, warga kota khususnya mendapat manfaat dari keberadaan perusahaan. Rumah kontrakan, tempat makan, toko-toko kelontong mendapat sedikit manfaat dari keberadaan karyawan perusahaan berasal dari luar kota. Penulis bertemu karyawan berseragam perusahaan memenuhi restauran kala jam makan siang dan malam.

Daerah Buntu dan Persoalan Sosial

Faktor lain sepinya pengunjung luar daerah ke pantai adalah posisi kota Cilacap yang terjepit di antara daerah di Jawa Tengah. Meskipun Cilacap salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah, yaitu 2,124,50 kelimeter persegi (sumber; www.lingkarjateng.id). Kemudian, posisinya di pantai selatan yang jauh dari batas wilayah kabupaten lain, membuat jalur infra struktur kereta api dan jalan kendaraan darat belum saling terhubung.

Makanya jalur transportasi publik ke wilayah ini laksana kita sedang menempuh jalan buntu. Jalur kereta yang sampai ke kota Cilacap bisa dihitung dengan jari. Stasiun kota Cilacap hanya menjadi tujuan jalur kereta terbatas. Sementara stasiun Korya yang menghubungkan jalur kereta daerah sekitar dan menjadi pusat keramaian pejalan, berada jauh di batas kabupten Cilacap. Hampir satu jam waktu tempuh dari stasun Kroya ke kota Cilacap.

Bagi pengunjung luar kota hadir ke kota Cilacap hanya memiliki tujuan akhir di kota itu. Ia bukan kota transit traveler yang menuju ke kota lain. Kota ini menyendiri dan lengang. Bila, waktu magrib menjelang, kegelapan malam hadir, suasananya sepi dan jalanan kosong.

Air sungai yang hitam membawa kotoran hingga ke laut (Dokumentasi Pribadi)
Air sungai yang hitam membawa kotoran hingga ke laut (Dokumentasi Pribadi)

Dampak lain, situasi ini mendorong penduduk bermigrasi ke luar negri sebagai buruh migran. Berbagai tantangan dihadapinya kala menjadi buruh migran. Salah satunya masalah kehidupan keluarga, dimana salah satu pasangan yang hidup terpisah pasti tidak menyenangkan dan menyedihkan bagi anak dan pasangan yang ditinggal.

Biasanya di daerah seperti ini, kasus kekerasan berbasis gender (KBG) potensi terjadi, seperti; kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), beban ganda, kekerasan terhadap perempuan, dan diskriminasi. Seperti warga desa Gumilir mengungkapkan, meskipun perempun pergi ke luar negri untuk bekerja, namun tanggung jawab perawatan anak dan domistik masih bebannya meski jasadnya di luar negri.

Kala penulis berbincang dengan kepala desa, ia pun bingung dengan tabiat warganya yang gemar pergi ke luar negri menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI). Meski kontraknya selesai dengan perusahaan penyalur, selang satu tahun berikutnya mereka berangkat kembali ke negara lain. Padahal, daerahnya tak kurang dengan limpahan sumber dalam alam yang bisa dimanfaatkan. Keluh pak kades kepada penulis.  

Pikiran penulis melanglang jauh ke mana-mana. Pantai kotor tak terurus, eksplorasi BBM di pantai, warga pesisir yang miskin, minimnya kedatangan wisatawan luar daerah, dan warganya yang menjadi buruh migran ke luar negri, pasti memiliki hubungan saling berkait. Pikiran itu terus berkecamuk.

Sinar matahari pagi di atas pantai yang sepi (Dokumentasi Pribadi)
Sinar matahari pagi di atas pantai yang sepi (Dokumentasi Pribadi)
Oleh karenanya, saya melamun, seandainya tata kelola pantai yang baik, pemanfaatan hasil laut dan sumber daya alam lain terintegrasi dengan baik, pasti warga kota dan sekitar membaik dan sejahtera. Di sini, peran pemerintah daerah dan perusahaan beroprasi di sana wajib bersatu padu dalam mengelola pantai berkelanjutan.

Dampaknya nanti penduduk ogah menjadi TKI ke luar negri, karena suasana kotanya nyaman dan masyarakatnya terinspirasi menghasilkan produk berasal dari sumber daya alamnya, serta memiliki kreatifitas tak terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun