Pukul 13.00 siang, kami berangkat. Keluar dari Kalumpang, kami berjumpa jalan raya beralas tanah merah. Terik matahari mengiringi perjalanan. Selama perjalanan, kami disuguhi pemandangan memicu adrenalin, namun mempesona.
Sebelah kanan, bukit tinggi berpotensi longsor saat hujan. Di kiri, jurang curam dengan aliran air sungai berkelok nan jernih. Meski jauh, percikan airnya terdengar lirih.Â
Sungai berkelok mengikuti aliran hingga ke pegunungan Sandapang, seru pengojek. Diatas sungai, deretan bukit indah dengan barisan pohon rimbun dan hutan. Angin sepoi-poi menerpa wajah dan kepalaku yang tak berhelem.
"Uh sejuknya ini angin. Meski udara panas di siang hari, namun terpaan angin di tengah pegunungan, menyegarkan badan", ungkapku lirih.
Meski begitu, desir kengerian di jantung kurasakan sesekali. Ban motor seperti bergoyang karena melaju kencang. Secepat itu, saya memegang bahu pengojek.
Saya mereka-reka panaroma itu seperti lokasi film holywood berlatar sejarah-kolosal Eropa. Cantik, mempesona dan penuh magis.Â
Saya kagum menikmati arah kiri berisi jurang dan panorama kelokan sungai nan indah. Karena jalannya berkelok dengan batu kerikil di beberapa titik, Saya tidak berani mengambil photo. Keselamatanku segalanya.
Tiba-tiba, pengojek mengarahkan motor ke jalan arah pemukiman penduduk pinggir jalan raya. Ada jalan sempit memuat motor dengan dua arah berlawanan.Â
Di depanku jembatan gantung khusus penjalan kaki dan motor menghubungkan pemukiman desa dengan tetangga. Di bawahnya sungai dengan gemercik air jernih menerpa bebatuan. Itulah aliran sungai yang kulihat sejak di pinggir jalan raya.
"Pelajaran Hidup" Perjalanan