Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Marano, Desa di Atas Awan nan Indah

31 Juli 2023   12:26 Diperbarui: 1 Agustus 2023   19:43 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marano laksana negri di atas awan di tempat terpencil (dok. pribadi)

Sebelumnya kami mengontak orang lokal tentang kedatangan ini. Ada saung nyaman depan pintu kanan masjid sebagai lokasi pemberhentian, sebelum ke pegunungan. Marano salah satu desa di sana.

Dari sini, saya melihat gugusan pegunungan berjejer nun jauh di sana. Rimbunan pohon dan semak belukar hijau menutup pegunungan. Kami duduk selonjoran sambil berbaring menungu. Setelah 1 jam menunggu, Jam 11.30, tiga ojek motor tiba dan bergegas makan siang bersama sebelum star berkendara.

Waktu menunjukan jam 12.30, kala kami naik ojek. Langit cerah namun udaranya panas menyengat. Tas ransel kami taruh di motor bagian depan. 

Saya duduk di belakang pengojek. Perjalanan ini mendebarkanku. Mulutku tak berhenti memanjatkan doa selama duduk diatas motor. Kepalaku tak terbungkus dengan helm standar. Pakain dan celana juga asal menutup badan. Wajar, kekhawatiran ini membumbung tinggi.

Jalanan sempit, menanjak, dan jurang di kiri-kanan mengiringi akses ke Marano (dok. pribadi)
Jalanan sempit, menanjak, dan jurang di kiri-kanan mengiringi akses ke Marano (dok. pribadi)

Jalan yang kami lalui terjal. Menanjak dan terkadang licin karena bekas hujan kemarin. Jalanan cukup untuk satu motor di beberapa titik. 

Sebelumnya, mobil bertipe jeep off road mampu melewati, namun longsoran tanah menyulitkannya. 

Beberapa titik perjalanan kami hampir terpental, namun saya peluk sopirnya guna menahan guncangan. Terkadang, kiri-kanannya jurang curam. Makin naik perjalanan, makin seram kedalaman jurang di samping jalan.

Hampir 45 menit jantung kami berdebar. Di depan jembatan kami berhenti. Itu pertanda setengah perjalan dilalui. Jembatan itu lengang. Pertanda sudah lama tak ada mobil lagi melewatinya. Beberapa jalan tanah lebar cukup mobil berguguran longsor, sehingga tak memungkinkan kendaraan roda empat melewatinya.

Sepanjang perjalanan, pemandangannya berupa: lembah, hutan dan pegunungan. Dari satu deratan lembah pegunungan merembet ke lembah lain. Di satu titik terkadang ada perkampungan. Namun itu beberapa rumah saja. Selanjutnya hutan rimbun. Sepi dan bila panas seperti sekarang, teriknyap luar biasa panas. Bila kondisinya hujan, bisa jauh mengerikan. Licin dan longsor tanhanya, sehingga mengakibatkan tergelincir ke jurang.

Karena jalan menanjak lurus, motor yang kunaiki terkadang hendak berhenti -- ini mungkin karena asupan mesin dari busi -- maka pengojek menghentikan motor cepat dengan memiringkannya. Berhenti sebentar. Terus berjalan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun