Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lika-liku Berburu Kos Mahasiswa Baru

24 Mei 2023   14:11 Diperbarui: 24 Mei 2023   14:22 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Jatinangor berkontur pegunungan kini jadi pusat pendidikan di Jawa Barat (dok.pribadi)

Pagi di Jatinangor, kab. Sumedang, Jawa Barat, 28 April 2023, terasa sejuk nan cerah. Kawasan penyanggah kota Bandung, ibu kota provinsi Jawa Barat kian mempesona. Selain kontur pegunungan yang memanjakan mata, keberadaan perguruan tinggi negeri dan swasta, menjadikannya pusat keramaian baru warga sekitar dan Jawa Barat. Tak pelak, jalan tol telah tersambung dari Jakarta – Perbuelenyi – Cileunyi. Tiang pancang rel kereta Jakarta-Bandung berjejer di pinggir jalan tol, pertanda angkutan besi segera beroperasi.

Begitu kendaraanku keluar tol Cileunyi, pukul 09.00, keramaian menyemut. Motor, mobil pribadi dan angkutan umum berebut jalan yang kian menyempit. Pas, jalan menuju kampus IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negri), perlahan jalanan lenggang. Kini masih musim libur perkuliahan sehingga kesibukan civitas kampus belum mengeliat.

Kedatanganku pas sekarang. Hari ini, kami mengantar anakku mencari kos, karena ia  seleksi SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi) di kampus berlokasi di sana. Mumpung penerimaan mahasiswa model SNBT (seleksi nasional berdasarkan tes) dan Mandiri belum mulai yang mendorong melambungnya harga kos, segera kami hunting.

5 menit dari kampus IPDN, kendaraanku menuju areal luas dengan rimbunan pohon laksana di areal hutan. Dua kampus negeri kebanggaan warga Jawa Barat terlihat berhadapan. Jalan membelahnya berkontur turun naik, menandakan kawasan ini berdataran tinggi dengan udara dingin pegunungan.

Pukul 10.00 siang, kami berhenti di pintu utama kampus. Lengang dan sepi. Sesekali kendaraan keluar dari dalam. Rimbunan pohon tumbuh di kiri dan kanan. Satuan pengaman (satpam) kampus mendekat. 2 orang berpakaian sipil – bercelana pendek dan sepatu cat -- berdiri di sampingnya. “Ada keperluan apa ya… bapak dan ibu?” Tanya satpam kepada kami. Istriku menjawab, “Begini, pak. Anak saya diterima di kampus ini. Ia hendak melihat-lihat kampus dan lokasi fakultas. Bisakan ya..?”.

Satpam meminta kami menunjukan KTP (Kartu Tanda Penduduk). Ia menulis nama kami di buku besar. “Ibu mau diantar ke fakultas, atau sendiri saja?”, sergahnya. Anakku secara spontan, setuju untuk diantar hingga ke fakultas.

Saya berfikir satpamlah pengantarnya. Ternyata, anak muda – yang berdiri disamping –memandu kami menuju fakultas dengan motornya. Anakku mengamati suasana dan gedung begitu sampai. Terlihat beberapa mahasiswa melakukan aktifitas penelitian di ruang laboratorium. Satpam fakultas menghampiri begitu kendaraan kami berhenti di areal parkir.

Di sinilah cerita bermula. Si pengantar membuka percakapan tentang rencana kos. Ia meminta no hp dan bersedia mengantar untuk mencari kos. Ia berbicara daftar kos dan harganya. Anakku tak mengiyakan tawaran itu, dan bilang hendak berkomunikasi dengan temannya yang kini sudah di sana. Sebagai tanda terima kasih, kami memberi tip kepada pengantar.

Secepatnya, kami menuju ke lokasi keluarga temen anakku berada untuk mencari bersama. Eh, tanpa sepengatahuan, orang (bercelana pendek) mengikuti kendaraan kami dengan sepeda motor. Kala kami berembuk bersama teman anakku, ia pun menyertai. Bahkan ia (beserta temannya) memberi usulan lokasi kos terdekat. Anakku bersama teman bersepakat menuju ke lokasi kos terdekat berada di seberang jalan raya. Melalui gang seukuran motor dua arah, kami menuju ke bangunan bertingkat berisi kamar kos. Beranekaragam dan tipe kos tersedia di sana.

Singkat cerita, orang ini (bercelana pendek) mengantar kami masuk-keluar gang menuju kos. Ada 4 tipe kos dimana ia menempel kami hingga saat bernegosiasi bersama pemiliknya. Sampai di sini, feeling kami belum pas dengan kos yang ditemui. Melihat raut kami belum sreg, sang pengantar berujar, “kami memiliki informasi lain. Tepatnya di daerah yang berkontur naik ke dataran atas. Kalau berkehendak, kami antar bapak dengan motor kesana”.

15 menit, kami menuju ke lokasi yang ditunjuk. Jalanan berbelok dari jalan raya menanjak kami susuri. Pegunungan berdiri di laju kendaraan kami jelas terlihat. Kawasan perdesaan ramai di kiri dan kanan jalan. Akhirnya kami sampai di lokasi. Bangunan mirip klaster perumahan berdiri di depan kami. Pintu gerbang dijaga satpam. Pengantar berbicara dengan satpam maksud dan tujuannya.

Ada 6 kluster bangunan berdiri di sana. Setiap bangunan memiliki areal parkir dan pintu gerbang sendiri. Aman dan tertib. Kami mengamati situasi dan berembuk. Kala mengamati, muncul 3 orang seles nya. Mereka mempresentasikan profil kos kepada kami sebagai calon konsumnya. Singkat cerita, kami tidak sreg dengan berbagai alasan.

Satu kos berikutnya yang ditujukkan pengantar, memikat anakku. Ia berlokasi di samping sungai. Sayang, semua kamar sudah full. Di tengah kebingungan, temen anakku menujukkan lokasi lain. Ia mendapatkannya dari saudaranya. Segerahlah kami menuju lokasi. Dari depan, bangunannya tidak meyakinkan. Ia berlokasi di pinggir jalan raya berkelok. Segera anakku bersama teman masuk ke kos tersebut.

Tiba-tiba anakku menelponku untuk segera melihat kos. Tak dinyana, kamar dan lingkungan kos memikat anakku. Kamarnya bersih dan aman. Ada 2 kamar kosong, karena masa kuliah penghuninya selesai Agustus ini. Pemandangan berupa gunung dan persawahan, terlihat jelas dari jendela kamar. Indah dan mempesona. Ada ruang diskusi di antara kamar untuk hang out penghuni. Keluarga pemilik kos menjadi penjaganya. Hanya 7 kamar tersedia di sana. Anakku dan temannya cocok dengan kos terakhir.

Pemandangan sawah merupakan sisi lain suasana kos Mahasiswa di Jatinangor, Sumedang (dok. pribadi)
Pemandangan sawah merupakan sisi lain suasana kos Mahasiswa di Jatinangor, Sumedang (dok. pribadi)

“Teteh” (panggilan sunda ibu pemilik kos) berpesan kepada kami bahwa bila si pengantar (yang ternyata calo) bertanya kos, bilang saja belum jadi. Kami mengangguk tanda setuju. Teteh berujar bahwa si calo meminta persenan (uang jasa antar) kepadanya bila kami mengontrak kos miliknya. Teteh beralasan hadiranku ke kos miliknya, karena informasi sendiri. “Bukan jasa si Calo. Lagian, mereka tidak mempromosikan kosnya”, Imbuhnya. Saat kami bersantap siang di restaurant, keputusan pun diambil. Anakku dan temennya sepakat mengambil kos terakhir dan mentransfer uang muka ke teteh sebagai tanda jadi.

Saat kami hendak pergi dari parkiran, eh si calo muncul di samping kendaraan. Ia bertanya apakah saya hendak mencari kosan lain, ia bersedia mengantarnya ke lokasi lain. Secepatnya, saya jawab sudah cukup dan kami sedang mempertimbangkannya.

Pukul 14.30 menjelang sore, kami tiba di penginapan sederhana di Jatinangor. Istirahat, setelah setengah hari mencari kos di Jatinagor. Tak ada setengah jam, layanan whatsApp istri ramai pertanyaan dari calo dan temannya. “Bagaimana Bu, apakah sudah menentukan kosnya? Kami masih bersedia mengantar lagi?”. Pesan dengan pertanyaan lain bagai teror ke hp istriku. Bila dijawab, pertanyaan lanjutan memberondong yang memusingkan kepala istriku dan mengganggu waktu istirahat.

Uang persenan masalahnya. Sepertinya, si pengirim pesan belum mendapat bagian. Kami mendiskusikan bagaimana menyelesaikan baik-baik. Bagaimana pun anak kami akan hidup di sana beberapa tahun, begitu pikir istriku. Kami menelpon Teteh pemilik kosan dan menceritakan kondisinya. 15 menit berlalu dan alhamdulliah Teteh memberitahu kami bahwa ia bersama suaminya telah menyelesaikan urusan percaloan. Dan sebagai tokoh masyarakat desa, suami teteh akan menjaga keamanan penghuni kos nya. Syukurlah…

Pelajarannya, bila pembaca hendak berburu kos, cari informasi baik-baik sebelum ke TKP. Jangan mudah percaya ke orang yang baru dikenal. Mungkin, buat kesepakatan jelas, bila mencari kos bersama orang baru dikenal. Sebaiknya, petugas keamanan kampus ikut memperingatkan pihak-pihak yang memanfaatkan ketidaktahuan calon mahasiswa dalam pencarian kos misalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun