Keluarga Indonesia pada umumnya bercorak patriarkhi, dimana tugas istri dan suami dari domisitk hingga publik terbagi ketat. Perempuan selaku istri bertanggung jawab di pekerjaan domistik, dan suami di publik sekaligus pencari nafkah utama.
Adalah keluarga Sopiah (bukan nama asli), warga desa Babakan Gebang, kec. Babakan, kab. Cirebon, Jawa Barat memiliki tingkat kebiasan berbeda. Barsama suami, ia menjalani hidup berkeluarga dan usaha produksi "Rempeyek Teri" secara gotong royong. Dari proses produksi usaha hingga aktifitas domistik dan public dikerjakan bersama berdasarkan kesepakatan.
Diawali pagi-pagi buta nan gelap, mereka bangun tidur selepas Adzan sumbuh berkumandang. Suami bergegas ke pasar dan pelabuhan mencari ikan teri, bahan baku Rempeyek. Sopiah bekerja menyiapkan bahan adonan di rumah, sembari memasak sarapan pagi keluarga.
Saat pulang dari pasar dan pelabuhan, suami memandikan anak bungsu dan menyiapkan keperluan sekolah anak sulungnya. Sementara Sopiah mengolah Rempeyek dan menggoreng serta memasukannya ke plastik. Kemudian suami mengepaknya dan mengirim Rempeyek ke pelanggan.
Waktu keberangkatan sekolah anak tiba. Bersamaan mengantar anak ke sekolah, suami membawa beberapa bungkus Rempeyek. Tepat pukul 08.00 pagi suami pergi ke sawah sambil membawa Rempeyek untuk diantar ke lokasi dan warung pelanggan lain. Begitulah siklus kehidupan Sopiah dan suami. Mereka terbiasa bekerja bersama di segala hal.
Shopia tidak mengetahui persis kapan kebiasaan kesalingan dengan suami tercipta. Sebelum menikah, ia terbiasa mengerjakan berbagai hal, baik di rumah dan publik. Tak jauh berbeda dengannya, suami juga aktif di kegiatan sosial dan "ringan tangan" mengerjakan apa saja bila di rumah. Paska menikah, secara alamiah mereka mengerjakan berbagai aktifitas bersama.
Sifat kesalingan di rumah hingga publik inilah berdampak positif kala Sopiah menginisiasi bisnis. Setelah diskusi dengan suami tentang analisa keuntungan dan kerugian, Sopiah memutuskan memulai bisnis Rempeyek Teri. Sifat kesalingan yang terpatri di dirinya, menjelma otomatis di semua rantai dan proses usaha. Kini, mulai dari pekerjaan domistik hingga public termasuk aktifitas usaha, mereka lakukan bersama berdasarkan kesepakatan. Dampaknya, hasil usahanya makin maju dan urusan rumah tangga terkola dengan baik.
"Saya terbiasa dengan saling berbagi dengan suami. Setiap pekerjaan kami bicarakan dan kerjakan berdua. Taka ada yang menyuruh. Kami memulai dari diri kami. Kenapa? karena dengan begini, usaha kami makin maju. Kamit tak perlu menambah karyawan, karena masih bisa menangani...", ungkapnya kepada penulis di sela-sela "Bimtek Kewirauasahaan Perempuan Berperspektif Gender", 15 September 2022, di balai desa Babakan Gebang, diselenggarakan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlingungan Anak (Kemen PP&PA).
Pentingnya Sifat Kesalingan