Sayang memang, alam indah dan panorama senja belum menarik wisatawan sore itu. Sepertinya, pandemi COVID-19 menghempas keramaian tungkap yang sering dijadikan pasar rakyat oleh warga desa.
Penuturan warga kepada penulis, sebelum COVID-19, tungkap merupakan lokasi favorit warga desa dan pendatang. Sekitarnya berjejern aneka makanan, terutama di pagi dan sore sekitar tungkap. Hampir puluhan hingga raturan warga desa hendak keluar dan masuk desa melewati tungkap. Tungkap laksana pintu gerbang desa.
Nasibnya kini sedang limbung. Saya menyaksikan  beberapa warga hendak ke luar dan masuk desa secepatnya hengkang darinya. Sepinya sarana pendukung dan even (atau kegiatan), mendorong orang yang singgah di tungkap, buru-buru naik ke kapal kayu. Secepatnya mereka pergi tanpa menikmati keindahan hutan dan suasana hutan bakau.
Saat ngobrol dengan apparat, anak muda, perempuan, dan kepala desa yang baru terpilih, saya sampaikan potensi tungkap bisa menggerakkan ekonomi desa. Syaratnya, semua kekuatan desa bersinergi membangun tata kelola ekonomi desa yang baik dan berkelanjutan. Bumdes, dana desa dan inovasi anak muda sebagai modalnya. Semoga...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H