Kebudayaan nenek luhurnya begitu kuat menghiasi dinamika kehidupan. Selama puluhan tahun, mereka mempertahankan adat istiadat, seperti; meja abu dan pernikahan adat Cina Perkawinan Ciatou. Tak heran, huruf Cina masih menempel dinding luar rumah kampung Cina Benteng. Itu dipercaya sebagai media penghalang roh jahat masuk ke rumah.
Atas dasar itulah, PPSW menganggap penting untuk mengintegrasikan pendekatan kebudayaan dalam strategi pengembangan social dan ekonomi yang telah ada. "Masyarakat Cina Benteng tak mungkin lepas dari budaya luhurnya. Agama apa pun bisa hadir di hadapannya. Namun mereka tetap menghormati leluhurnya. Makanya PPSW tidak mungkin mengabaikan aspek penting ini ", ungkap ibu Tri Endang, direktur PPSW Jakarta kepada penulis.Â
Meski berat, melalui dialog panjang dengan kelurahan, dinas pariwisata dan kebudayaan kota Tanggerang serta tokoh masyarakat, kini keberadaan tari Cokek Sip Pat Mo, yang direvitalisasi koperasi LBJ mendapat apresiasi. Festival Cisadane -- event tahunan kota Tanggerang -- dan acara kebudayaan lain, sering mengundang sanggar lentera dengan tari Cokek Si Pat Mo nya.
Menggunakan tari sebagai media pemberdayaan sama sulitnya melakukan pemberdayaan komunitas Cina Benteng. "Awalnya, sulit sekali meyakinkan semua pihak bahwa komunitas Cina Benteng bukan pemalas. Semua curiga kepada kami. Semua pintu tertutup, saat kami hadir. Kami dicurigai sebagai petugas pemerintah yang mendata rumah untuk digusur", ungkap Titik Suryatmi, pendamping PPSW Jakarta, kepada penulis di sela obrolan di tepi sungai Cisadane. Kala itu pak Lurah yang awalnya ragu, kini menyadari bahwa kamunitas Cina Benteng memiliki keunggulan seperti Cina town di daearah lainnya.
Sebelumnya, perempuan Cina Benteng tidak pernah dilirik kelurahan untuk aktif di program posyandu, PKK, dsb., kini mereka menjadi kader terdepan. Di ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke 73, warga Cina Benteng -- melalui kelompok perempuan -- memberi pelajaran arti keanekaragam budaya, dan inklusivitas, serta memberi warna pada proses "asimilasi" budaya di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H