Mohon tunggu...
Fazza
Fazza Mohon Tunggu... -

Kami adalah sebuah media online yang didedikasikan untuk seluruh entrepreneur Indonesia. IDNtrepreneur didirikan dengan tujuan membantu setiap entrepreneur Indonesia memulai dan mengembangkan bisnisnya. Entrepreneur adalah urat nadi bergeraknya perekonomian Indonesia, dan peranan entrepreneur menjadi semakin penting agar Indonesia tidak hanya menjadi karyawan di negerinya sendiri. Kami percaya bahwa informasi dan jaringan yang berkualitas adalah salah satu faktor penting untuk memulai dan mengembangkan bisnis. Dengan hal tersebut dipemikiran kami, maka IDNtrepreneur diciptakan untuk Entrepreneur.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Polemik Politik Subsidi BBM

12 Oktober 2011   10:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:02 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta - Hari ini saya membaca artikel di detik yang cukup menggelitik rasa kritis saya sebagai seorang mahasiswa. Artikel yang berjudul "Pemerintah Masih Takut Naikkan Harga BBM Premium" artikel ini cukup menggelitik karena masih dapat kita ingat masalah polemik subsidi BBM ini telah dimulai sejak beberapa bulan yang lalu, dan berbagai wacana pembatasan BBM mulai dari plat nomor, warna mobil, sampai tahun produksi mobil.

Berita ini sebenarnya menjadi perhatian saya karena bukan saja karena kecewa akan sikap pemerintah yang dalam memutuskan sesuatu perlu waktu yang lama dan berlarut-larut. Namun juga karena politik pemerintah yang penuh pencitraan dan tidak berorientasi jangka panjang. Kenapa saya sebut penuh pencitraan dan tidak berorientasi jangka panjang?

Pertama karena subsidi BBM bukanlah kebijakan politis dan bukan kebijakan yang membangun. Subsidi BBM menjadi kebijakan yang politis karena subsidi BBM sebagian besar dinikmati oleh pemilik motor dan mobil pribadi yang notabene adalah orang yang cukup mampu, dan bukan merupakan kebijakan yang membangun karena efek multiplier dari kenaikan BBM jauh lebih kecil dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur seperti jaringan transportasi masal, internet, listrik, pelabuhan, dan lain-lain yang dapat menghasilkan banyak lapangan kerja.

Kedua karena subsidi BBM sendiri bukanlah kebijakan yang dapat dipertahankan selamanya. Poin ini terlintas dikepala saya begitu melihat artikel di halaman  C1 Koran Tempo hari ini yang memperlihatkan bahwa setiap tahun volume kendaraan bermotor di Jakarta bertambah lebih dari 6% pertahun. Dari situlah dapat di bayangkan betapa beratnya bagi pemerintah untuk meningkatkan jumlah subsidi BBM setidaknya sebanyak 6% pertahun, sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 saja hanya mencapai 6,5% belum lagi jika harga minyak dunia kembali bergejolak.

Sebenarnya bukan hanya dua poin itu saja yang membuat saya mempertanyakan masalah subsidi BBM ini saja, tetapi juga masalah inflasi yang juga sering menjadi alasan pemerintah takut menaikkan harga BBM. Menjadi pertanyaan karena kenaikan harga BBM akan sangat berpengaruh terhadap inflasi tidak lain disebabkan kebijakan pemerintah yang sudah terlalu lama terpaku pada masalah bensin ini. Mungkin hal ini tidak akan terjadi jika pemerintah dapat mengembangkan jaringan transportasi yang tidak lagi terlalu tergantung kepada harga minyak, dan kapan bisa lepas dari ketergantungan itu jika pemerintah secara terus menerus terpaku kepada harga BBM?


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun