Orangtua seharusnya berperan aktif untuk mendidik anak-anaknya terlebih lagi untuk seks edukasi yang terdengar tabu di kalangan masyarakat kita ini.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) melaporkan, ada 797 anak yang menjadi korban kekerasan seksual sepanjang Januari 2022.Â
Deputi KemenPPPA, Nahar mengatakan, tren jumlah kasus kekerasan seksual kepada anak meningkat lantaran masyarakat kini memiliki keberanian untuk melapor.
"Ini tren, di satu sisi jumlah kasus semakin banyak terungkap. Di sisi lain tren positif karena masyarakat sudah berani melapor kemudian ini berdampak pada angka di Simfoni yang naik," kata Nahar dalam press briefing yang dilakukan secara daring, Jumat (4/3/2022).
Berdasarkan data KemenPPPA, jumlah anak korban kekerasan seksual sepanjang tahun 2019 hingga 2021 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2019, jumlah anak korban kekerasan seksual mencapai 6.454, kemudian meningkat menjadi 6.980 di tahun 2020.
Selanjutnya dari tahun 2020 ke tahun 2021 terjadi peningkatan sebesar 25,07 persen menjadi 8.730.
Lantas peran apakah yang di butuhkan untuk orang tua ngedukasi putra-putri mereka?
Peran yang di butuhkan mereka antaralain:
1.Komunikasi
Komunikasi sangatlah penting karena dengan adanya komunikasi kita selaku orang tua bisa mendapatkan informasi yang mendetail apa yang pelaku lakukan kepada mereka dan menurut psikologis anak-anak, mereka bisa juga diam dan memendam rekaman memori bejat si pelaku.
2.Melapor kasus kejahatan seksual kepada lembaga yang bersangkutan
Setelah mengetahui adanya tanda-tanda kejahatan seksual, ia meminta orangtua untuk berani melapor agar kejahatan itu terputus.Â
Selain itu, Memunculkan keberanian untuk melapor itu tidak mudah bagi sebagian orang, menurt Elvina.Â
Dengan melapor, tidak hanya dilakukan penegakan hukum kepada pelaku, proses penyembuhan kepada korban dan keluarga juga diberikan, baik itu secara fisik maupun psikis.
3.Korban seharusnya mendapatkan terapi psikis trauma
Korban diharapkan mendapatkan penyembuhan trauma secara tuntas,dan agar tidak ada khasus yang terulang kembali.Â
Hal ini mengingat masih rendahnya persentasi ketuntasan penyembuhan trauma terhadap korban anak selama ini.Â
Maka dari itu dibutuhkan kerja sama yang baik dari orangtua, lingkungan sekitar seperti institusi dan tetangga, dan juga kepolisian, untuk memberantas kejahatan seksual pada anak.
dilansir dari The National Child Traumatic Stres Network (NCTSN), anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dapat menunjukkan berbagai reaksi emosional dan perilaku.
Kebanyakan merupakan karakteristik anak-anak yang pernah mengalami jenis trauma lain.seperti:
- Peningkatan mimpi buruk atau kesulitan tidur
- Perilaku menarik diri/menjauhan diri dari khalayak
- Ledakan marah atau emotional
- Kecemasan/anxiety
- Depresi
- Tidak ingin ditinggal sendirian dengan individu tertentu
- Pengetahuan, bahasa, dan/atau perilaku seksual yang tidak sesuai dengan usia anak
Maka dari itu, di perlukan penanganan khusus terhadap korban kekerasan pada anak di bawah umur yang mengalami pelecehan seksual perlu mendapatkan penyembuhan psikis, dan penanganan dari banyak pihak, termasuk orang tua, orang- orang terdekat, lembaga hukum, dan lembaga perlindungan lainnya.
Penulis:IVAN DIVVA MADHUSWARA
Mahasiswa Prodi D4 Manajemen Perhotelan Universitas Airlangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H