Pertarungan tentang mana yang lebih penting antara produk dan brand tak pernah ada usainya. Bagi orang yang percaya produk lebih penting dari brand, mereka tak akan begitu peduli dengan brand karena prioritas ketika membeli produk adalah kualitas. Asal kualitas produk bagus, brand seperti apa pun itu takkan menjadi persoalan. Begitu pun sebaliknya. Bagi orang yang percaya bahwa brand lebih penting dari produk, tentu mereka akan menomorsatukan brand ketika membeli produk. Nah, jika dilihat dari sisi bisnis, sebenarnya mana yang lebih penting antara keduanya? Produk? Atau justru brand-kah?
Tak ada bedanya dengan konsumen, di dunia bisnis sendiri pun terdapat dua aliran pemikiran. Satu berprioritas pada produk dan satunya lagi berprioritas pada brand, seperti dikutip dari AdAge. Bagi pengikut aliran produk, mereka percaya bahwa pemenang pasar adalah produk yang lebih baik. Dengan memiliki produk dengan fitur dan manfaat yang lebih baik, perusahaan jelas dapat membuat produk terlihat lebih unggul dari para pesaingnya. Jadi misal Anda ingin menjadi pemimpin pasar di antara para kompetitor lainnya, seperti Coca-Cola, Starbucks, dan iPhone, Anda perlu terus mengembangkan produk atau layanan yang lebih baik. Kemudian, sewalah biro iklan terbaik untuk menyampaikan pesan superioritas produk Anda.
Dalam peluncuran produknya, perusahaan pengikut aliran produk biasanya tidak khawatir. Tidak apa-apa bagi mereka untuk menunda peluncuran produk barunya demi mengembangkan produk yang lebih superior dan lebih bermanfaat bagi konsumen.
Lalu bagaimana dengan para pengikut aliran brand? Apa alasan yang membuat mereka percaya bahwa brand lebih penting dari produk? Kata kuncinya adalah persepsi. Segala sesuatu di dunia ini adalah semua tentang persepsi. Tak ada produk unggulan. Yang ada hanyalah persepsi superior di benak konsumen. Jadi jika kita berhasil menanamkan persepsi superioritas produk yang kita miliki, kita berpeluang besar menjadi pemimpin pasar. Mengapa? Seperti yang kita tahu, persepsi sulit diubah. Begitu orang memiliki persepsi yang kuat terhadap brand tertentu, persepsi mereka takkan mudah diubah. Mungkin mudah saja bagi kita untuk membuat kopi yang lebih enak dari Starbucks, tetapi menanamkan persepsi di benak banyak orang bahwa kopi kita lebih enak dari Starbucks bukanlah hal yang mudah.
Untuk masalah timing dan peluncuran produk, perusahaan pengikut aliran brand fokus pada membangun persepsi untuk memenangkan pasar. Oleh karena persepsi sulit diubah, mereka akan "merasuki" benak konsumen sebelum kompetisi dimulai. Moto mereka adalah "Lebih penting menjadi yang pertama daripada menjadi yang lebih baik". Itulah alasan aliran brand biasanya lebih unggul dalam persaingan.
Dalam hal superioritas, tak ada yang percaya bahwa sebuah brand tertentu lebih unggul dibanding lainnya, kecuali brand tersebut telah menjadi pemimpin pasar. Dengan menjadi pemimpin pasar, Anda tak perlu lagi membangun kepercayaan banyak orang. Orang akan berpikir dengan sendirinya: jika brand Anda menang di pasar, berarti produk Anda memang lebih unggul. Produk lain yang sejenis takkan mudah dipercaya begitu saja jika mereka mengklaim lebih unggul. Sederhana saja: jika memang benar lebih unggul, mengapa tidak menjadi pemimpin pasar?
Banyak juga konsumen yang sebenarnya adalah bagian dari aliran produk. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa brand tidak berperan penting ketika mereka membeli produk. Satu-satunya hal yang penting bagi mereka adalah kualitas produk. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan persepsi yang semakin menguat, semakin sulit bagi konsumen untuk tidak memedulikan brand. Mau tak mau kita harus mengakui hal itu. Ketika mendengar kata smartphone, misalnya. Sebagian besar dari kita pasti langsung memikirkan iPhone dan Samsung. Begitu banyak merek smartphone lainnya, tetapi mengapa kita tidak mengindahkannya? Ya karena pikiran kita sudah ditempati oleh dua merek smartphone ternama di dunia, iPhone dan Samsung.
Jadi sekarang mana yang menurut Anda lebih penting? Produk atau brand? Atau jangan-jangan Anda berada di antara keduanya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H