[caption caption="Ketua Umum Koni dan Ketua Umum terpilih PBSI saat penandatangan nota kesepahaman (liputan 6)"][/caption]
Sebelum tampil di Piala Sudirman 2017, PBSI lewat Kabid Binpres Susi Susanti menyebut Indonesia diuntungkan karena baru bermain sehari setelah lawan bertanding. Menurut Susi, tim bisa melihat lebih dulu dan membaca permainan mereka terutama India. Namun, sehari berselang, setelah Indonesia dikalahkan India, seperti dilansir Juara.net legenda hidup Bulutangkis Indonesia itu malah mengatakan bahwa India diuntungkan karena terlebih dahulu sudah beradaptasi dengan lapangan.
Di tempat lain, pelatih Ganda Campuran, Richard Mainaki mengaku kecewa dengan Tantowi Ahmad yang tidak bisa membantu Gloria, sehingga harus menderita kekalahan dari pasangan yang notabene belum memiliki peringkat dunia. sebaliknya, Richard memuji penampilan Gloria di perrtandingan itu, "saya terkejut Glo bermain seperti itu", Sambung Richard. Namun, setelah melihat kembali pertandingan Owi/Gloria melawan Aswini/Rankraddy di channel you tube, pantas saja performa Praven/Debby menurun drastis tahun ini dan tidak mampu mem-back up pasangan ganda campuran utama.
Aku lalu teringat sebuah lagu band Melayu asal Malaysia yang sempat populer di Indonesia, New Boys. Dalam syairnya, New Boys mengatakan "Sejarah mungkin berulang, walau engkau ku maafkan". Saat tampil di Piala Sudirman 2015 lalu, sejarah baru tercipta bagi Indonesia untuk pertama kalinya gagal menembus babak Semifinal. Setelah tampuk kekuasaan di PBSI beralih dari Gita Wiryawan ke Wiranto, dan Kabid Binpres beralih dari Rexi ke Susi, aku harap sejarah itu tidak terulang lagi, dan bisa mengembalikan kejayaan Bulutangkis Indonesia. Namun apa daya, alih-alih tidak terulang lagi, di Sudirman Cup tahun itu sejarah itu malah menjadi semakin buruk lagi.
Kemuduran besar terjadi di Bulutangkis Indonesia. Benar, Indonesia memang tidak/belum akan mampu mendobrak dominasi Tiongkok. Tapi, saat ini, praktis Indonesia cuma punya Tantowi/Lilyana yang sudah uzur dan Kevin/Gideon yang akan uzur di Olimpiade Tokyo 2020. Tanpa kedua pasangan itu, Bulutangkis Indonesia hanya butiran debu. Indonesia sibuk mengenag sejarah saat negara lain sibuk mengukir sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H