Timnas kalah lagi, dari zaman kuda gigit besi sampe kuda dipanggang diatas api itu biasa terjadi, apalagi di menit-menit injury.
Sesal itu pasti, karena lagi-lagi mengharap yang tak pasti. Tapi boleh sedikit berbesar hati karena komentar bung Ahay soal bini. Sebelum janur melingkar di pojok rumah calon istri, masih ada secuil roti meski tak sebesar biji kuaci.
Lagi-lagi jumpa si gajah putih, gajah yang enggan jadi keleda i, meski sudah juara 4 kali mereka enggan bermain setengah hati. Laga pertama dimenangi di Pakansari, berharap tak lagi-lagi jadi yang kedua di turnamen ini. Mengais asa tak ada negeri yang revans dari laga sebelumnya dijalani, mungkin inilah waktunya Timnas juara di event 2 tahunan ini
Berbekal kemenangan tadi, Timnas berangkat ke negeri dimana pasangan sesama jenis dilegalisasi dengan penuh kepercayaan diri. Timnas cuma perlu menahan imbang si gajah putih, maka Timnas akan juara buat pertama kali. Sayang, yang terjadi diluar yang diharapkan terjadi, Timnas justru gagal di babak injury untuk yang kelima kali.
Final 10 kali tidak sebanding juara 1 kali, tapi Timnas adalah juara sejati. Benar, juara 2 (dua) sejati. Tak perlu mencaci apalagi memaki karena ini hasil maksimal yang diraih, tak perlu pula menyesali sanksi lebih baik daripada terus-terusan begini.
Beberapa kali Timnas jauh lebih baik dari ini, tapi toh hasilnya ini ini lagi. Bandingkan saat ini dengan keterbatasan yang dialami, kau akan mengerti caci maki yang kau kirimi balik ke wajahmu sendiri Hihihihi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H