Sepakbola Indonesia memang nggak pernah kekurangan penjaga gawang (Kiper) tangguh. Mulai dari Ronnie Paslah, Gultom, Hendro Kartiko, Markus Horison sampai yang terbaru Tedja Pakualam, diakui sebagai deretan penjaga gawang tangguh asal Indonesia.
Namun seperti halnya sepakbola, setangguh apapun penjaga gawang, akan melempem kalau nggak dikawal bek yang tangguh pula. Setidaknya itulah penilaian warga Asean dalam sebuah forum ke Timnas Indonesia.
Sederet penjaga gawang yang dipanggil ke seleksi Timnas proyeksi AFF 2016, sudah lebih dari cukup. Minus Ravi Murdianto, penjaga-penjaga gawang seperti Shahar Ginanjar, Tedja Pakualam dan Andritani mewakili darah-darah muda, hingga yang syarat pengalaman seperti Kurnia Meiga, Dian Agus dan I Made Wirawan sudah menghiasi list yang dirilis PSSI beberapa waktu yang lalu.
Nama-nama seperti Hansamu yama, Yanto Basna, Johan Alfarisi, Manahati Lestusen dll yang dipanggil memang nggak perlu diragukan lagi. Namun dari segi pengalaman, pemain-pemain ini sepertinya masih harus belajar dari para seniornya, mungkin sebagai pelapis. Alangkah naifnya seorang Riedl menafikan momok penyerang-penyerang lawan sekelas Victor Igbonefo dan Bio Pauline Piere di klubnya masing-masing.
Kualitas (keduanya) bukan jadi soal, karena sudah dibuktikan lewat penampilan selama ini. Masalahnya Riedl kurang menghargai karena mungkin keduanya hanya Naturalisasi, pun bukan produk AFF 2010. Kalau saja keduanya tampil di AFF 2010 ceritanya akan beda, mungkin 2 tempat di jantung pertahanan Timnas otomatis jadi milik keduanya.
Beberapa analisa menyebut kalau Timnas krisis penyerang murni buat mengisi lini depan. Benar, karena penyerang-penyerang yang dipanggil memang lebih ke gelandang serang seperti Boaz Salossa, Irfan Bahdim dan Syamsul Arif. Mungkin kalau nggak menjadi sorotan, nama Christian Gonzales akan kembali mengisi posisi target men di lini serang Timnas. Karena selain produk AFF 2010, Riedl juga terkenal Gonzales Minded.
Salah satu opsi memang menumpuk gelandang terlebih yang beroperasi di lini sayap, dan terjawab dengan dipanggilnya pemain tengah yang punya naluri mencetak gol cukup tinggi seperti Boaz, Syamsul Arif, Irfan Bahdim, Zulham Zamrun dll. Namun Riedl juga lupa kalau Timnas punya sayap selincah Greg Nwokolo.
Bisa dibayangkan, kedua sisi sayap Timnas diisi Boaz dan Greg yang menyuplai bola ke Muchlis Hadining sebagai target men yang disokong Irfan Bahdim dan Syamsul Arif sebagai Second Striker. Sedangkan untuk pengatur ritme permainan, sudah sepenuhnya milik Evan Dimas.
Riedl Kebablasan. Kita memang berharap agar pemain-pemain muda dipercaya memperkuat Timnas, dan sepertinya Riedl sudah mulai paham. Namun, kembali lagi, Riedl harus realistis tidak semua pemain muda yang lagi naik daun harus memperkuat Timnas.
Timnas butuh kepercayaan, bukan ego apalagi citra biar nggak dicap medioker. 47 nama sebagaimana dirilis PSSI buat mengikuti seleksi murni keputusan Riedl. Namun dari ke-47 nama itu, mengisyaratkan kalau Riedl ingin bermain aman dengan mengakomodir pemain-pemain muda. Mungkin Riedl punya pemikiran lain. Namun dari komposisi yang dimunculkan, nama-nama diatas sepertinya perlu dipertimbangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H