Mohon tunggu...
Waldy
Waldy Mohon Tunggu... -

Slow but Sure

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indonesia Tidak Butuh PSSI/FIFA?

13 Desember 2015   18:08 Diperbarui: 13 Desember 2015   19:16 1618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa apa kalian (PSSI dan FIFA) tanpa kami (Pemerintah), adalah kalimat paling buruk yang pernah diungkapkan "stakeholder" sepakbola nasional. Kalimat itu adalah, kalimat yang mengandung arti kecongkakan dan keangkuhan penyebutnya, dalam hal ini salah satu pihak yang terlibat dalam konflik sepakbola nasional.

Jika mengikuti alurnya, pernyataan (kalimat) tersebut mengisyaratkan Pemerintah memang tidak ingin menawar-nawar lagi. Show must go on, niat sejak awal untuk mereformasi akan secepatnya dilaksanakan. Sah-sah saja, namun perubahan harus dimulai dari hal yang paling sederhana, yakni mengikuti jalur (aturan) yang semestinya. Sebaik-baiknya perubahan, jika dilakukan dengan menghalalkan secara cara dan mengangkangi aturan, ujung-ujungnya pasti akan berbuah bencana. Selain itu, tanpa PSSI dan FIFA sekalipun, si pengucap percaya jika sepakbola Indonesia bisa jalan seperti biasanya.

Pernyataan tersebut juga berarti si pengucap tidak paham peran penting FIFA di sepakbola dunia. Dengan tidak direstuinya tim ad-hoc oleh Pemerintah dalam negeri Indonesia, sekalipun akhirnya membuahkan hasil yang menggembirakan bagi sepakbola Indonesia, otomatis Pembekuan PSSI oleh Pemerintah yang berakibat disanksinya sepakbola Indonesia oleh FIFA tidak akan dicabut. Dengan demikian, sanksi yang dijatuhkan ke PSSI pun akan urung dipulihkan FIFA.

Tanpa FIFA dan PSSI sekalipun sepakbola Indonesia memang akan tetap bisa jalan, tapi tanpa FIFA dan PSSI hak-hak seperti berhubungan dengan anggota FIFA lain dan mengikuti kompetisi baik dilevel Tim Nasional dan Klub yang diselenggarakan FIFA dan turunannya bagi sepakbola Indonesia akan dihapuskan. Selain itu, sepakbola Indonesia tidak akan hak untuk memperoleh program-program pengembangan dan pelatihan-pelatihan yang digelar oleh FIFA dan hak-hak anggota lainnya.

Namun, jika anggapan (kalimat) itu sebenarnya diartikan bahwa FIFA akan rugi kehilangan Indonesia sehingga terpaksa mengikuti apa mau Pemerintah dalam negeri Indonesia memang ada benarnya, sebab FIFA memang akan kehilangan 1 dari 209 anggotanya sehingga hanya tersisa 108 saja. Tapi, jika kehilangan Indonesia dianggap akan mengurangi 5 %  pendapatan FIFA dari konsumennya di Indonesia, itu merupakan tuduhan yang mengada-ada. Sebab seperti yang disebutkan diatas, sepakbola akan tetap jalan sekalipun disanksi FIFA. Hanya saja, sepakbola Indonesia hanya didalam negeri saja, dan akan dikucilkan di pergaulan dunia.

Oleh karenanya, benarkah jika Penerintah (Indonesia) tidak membutuhkan PSSI dan FIFA, dan PSSI dan FIFA tidak akan mampu berbuat apa-apa tanpa Pemerintah Indonesia? Untuk menjawab itu, ada baiknya mengamati di posisi mana Indonesia di pergaulan sepakbola dunia. Alih-alih bersaing di tingkat dunia, bersaing di level Asia Tenggara saja Indonesia tidak mampu. 

Tanpa mengucilkan negara tercinta yang merupakan yang terluas keempat di dunia ini. Di peta persaingan sepakbola dunia, Indonesia sama sekali tidak dikenal oleh dunia. Karena itu, banyak negara-negara lain heran jika salah satu anak bangsa mampu memiliki kualitas diatas rata-rata anak Eropa. Bandingkan dengan anak muda dari Amerika Latin sama, memiliki kualitas diatas rata-rata merupakan hal yang biasa bagi anak-anak muda dari Amerika Latin sana.

 

 

*Sumber Foto: Pro PSSI berarti Pro perubahan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun