Mohon tunggu...
IDINID
IDINID Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis

Saya seorang jurnalis yang selalu berusaha menggali cerita, menyampaikan informasi dengan akurat, dan memberi perspektif baru lewat tulisan. Di luar dunia jurnalistik, saya juga seorang gamer yang senang menantang diri dalam berbagai permainan, baik yang penuh strategi maupun petualangan seru. 🎮 Selain itu, saya pecinta buku – selalu mencari waktu untuk meresapi dunia lewat halaman-halaman buku, dari fiksi yang menginspirasi hingga nonfiksi yang membuka wawasan. 📚 Tak hanya di dunia digital dan literasi, saya juga aktif dalam berolahraga untuk menjaga keseimbangan hidup, baik itu lari pagi, gym, atau bersepeda. Olahraga bukan sekadar hobi, tapi juga cara untuk tetap bugar dan menjaga semangat dalam keseharian.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

toko Madura apakah makin menjajah atau memberdaykan masarakat lokal

13 Januari 2025   09:14 Diperbarui: 13 Januari 2025   09:14 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PMII Mengawal Dampak Kehadiran Toko Madura di Tengah Masyarakat

Probolinggo Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terus menunjukkan komitmennya dalam mengawal berbagai dinamika sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah dampak kehadiran toko-toko Madura, yang semakin banyak bermunculan di berbagai wilayah.  

Toko Madura telah lama dikenal sebagai tempat yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Namun, kehadiran toko-toko ini juga membawa berbagai dampak sosial, ekonomi, dan budaya di lingkungan sekitarnya.  

,KITA  menyatakan bahwa pihaknya tengah melakukan kajian mendalam terkait berbagai aspek yang ditimbulkan oleh keberadaan toko-toko tersebut. "Kami melihat ada dampak positif, seperti meningkatnya akses masyarakat terhadap barang murah. Namun, di sisi lain, kami juga menemukan potensi permasalahan, seperti persaingan tidak sehat dengan pedagang lokal dan perubahan pola konsumsi masyarakat," ujar Fauzi.  

PMII mencatat, salah satu kekhawatiran utama adalah tergesernya warung-warung tradisional yang dikelola oleh masyarakat setempat. Dengan sistem harga murah yang diterapkan toko Madura, banyak pedagang lokal yang kesulitan bersaing. Selain itu, pola konsumsi masyarakat yang beralih ke toko-toko ini juga dikhawatirkan mengurangi keberlanjutan ekonomi lokal.  

Sebagai langkah awal, PMII menggelar diskusi publik yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari akademisi, tokoh masyarakat, hingga perwakilan toko Madura. Dalam diskusi tersebut, dibahas bagaimana menciptakan keseimbangan antara keberadaan toko Madura dengan upaya pemberdayaan ekonomi lokal.  

"Kami ingin memastikan bahwa kehadiran toko-toko ini tidak hanya menjadi peluang bagi segelintir pihak, tetapi juga mampu memberikan dampak yang adil dan merata bagi semua lapisan masyarakat," tambah Fauzi.  

PMII juga mendorong pemerintah daerah untuk mengambil langkah proaktif, seperti membuat regulasi yang mendukung UMKM lokal tanpa mematikan usaha toko Madura. Selain itu, PMII berkomitmen untuk terus mengawal isu ini melalui advokasi dan pemberdayaan masyarakat.  

Dengan hadirnya PMII sebagai mediator, diharapkan adanya solusi yang tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga mampu memberikan dampak jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun