Gerakan untuk menjadikan Eyang Hasan Maolani sebagai pahlawan nasional akan tetap ada. Jika Nina Herlina Lubis dari UNPAD telah berusaha memulainya, maka tidak akan pernah ada pihak yang mampu mengakhirinya.Â
Selama anak keturunan Eyang Hasan Maolani lahir ke dunia ini, selama itu pula akan ada orang yang tanpa pamrih ingin mewujudkan mimpi merubah nama Jalan Siliwangi menjadi nama Jalan Eyang Hasan Maolani.
Oleh karenanya, penting membuat sebuah nama yang ikonik yang bisa diingat oleh banyak orang dan menjadi ciri yang identik, membedakannya dari tokoh lainnya.Â
Tidak banyak nama pahlawan yang kita kenal dengan sebutan "eyang" secara masif, namun untuk pahlawan nasional yang telah didaulat namanya dengan sebutan "kyai" sudah lebih dari lima.
Cobalah belajar kepada Tuanku Imam Bonjol. Nama aslinya bahkan tidak banyak orang yang tahu. Tapi nama panggilannya sangat identik, siapapun di Indonesia ini yang mendengar namanya, akan langsung berpikir "ohhh itu pahlawan nasional dari Sumatera". Lihatlah namanya, apa ada istilah kyai nya? Dengan tidak ada istilah "kyai", tidak menjadikan Imam Bonjol sebagai tokoh yang tidak Islami, bukan?
Maka dari itu, bagi saya pribadi istilah "eyang" ini sangat penting dipertahankan. Walau saat ini Eyang Hasan Maolani belum menjadi pahlawan nasional, namun tidak ada salahnya kita bermimpi. Saya masih meyakini, ada masa-nya Eyang Hasan Maolani akan menjadi pahlawan nasional.Â
Jika bukan di era saya, mungkin di era anak saya, atau mungkin di era cucu saya. Yang jelas, jika hal itu terjadi, saya berangan, pada saatnya nanti ketika rakyat Indonesia mendengar istilah "eyang", maka dibenak mereka terlukis jelas sosok Eyang Hasan Maolani.
============================
Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri, S.H., M.H.
idikms@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H