Mohon tunggu...
Idham Wijaya
Idham Wijaya Mohon Tunggu... -

Ingin membaca dan mendengar bersamaan... Belajar dan bekerja serempak!!!

Selanjutnya

Tutup

Humor

Musuh di Musuh

20 Januari 2014   21:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Jelang lengser dari jabatan, Pak Lurah Bingo mengundang seluruh perangkat kelurahan, lengkap dengan istri masing-masing. Katanya, ia ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan kelurahan yang selama ini ia pimpin.

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba kantor kelurahan sudah disulap sedemikian mewah. Gemerlap lampu hias memenuhi seluruh ruangan. Dekorasi menawan mengundang decak kagum dari seluruh yang hadir.

“Eh, ada apa, ya, kok acaranya tampak mewah kayak gini?”, bisik istri Kaur Kesra kepada istri Kaur Pemerintahan.

“Entahlah, saya juga tidak tahu. Mungkin Pak Lurah ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda di akhir masa jabatannya!”
“Oh, gitu!”

Memang, selama menjabat sebagai Lurah, Pak Bingo selalu menekankan agar seluruh warga kelurahan membudayakan hidup sederhana. Dia tidak bosan-bosannya menyampaikan imbauan itu dalam setiap kegiatan yang memberinya waktu untuk berbicara.

“Ah, Pak Lurah ini, selalu begitu deh. Padahal, dia sendiri….?”, nada sinis seperti itu sering muncul dari mulut warga kelurahan.

Bukan tanpa sebab bila sinisme terhadap Pak Lurah muncul di tengah warga kelurahan. Meski Pak Lurah getol mengimbau warga kelurahan untuk hidup sederhana, ia sendiri tidak mempraktikkannya. Diundang kenduri saja, ia selalu membawa ajudan dan pengiring. Protokoler, begitu selalu alasannya.Pun ketika ia menikahkan anaknya, pesta tujuh hari tujuh malam digelar. Layar tancep dan orkes dangdut seakan memaksa warga sekitar untuk belajar tirakat karena tidak bisa memejamkan mata sedetikpun.

Begitupun dalam keseharian, Pak Lurah selalu memakai baju necis dan perlente. Dan satu kesukaannya, ia gemar memakai baju dari bahan sutra. Padahal, sebagai orang yang mengaku muslim, sepertinya itu kurang pas. Sudah berulangkali ustadz yang tinggal tidak jauh darinya mencoba mengingatkan, nyatanya ia tidak menggubrisnya. Ia selalu berdalih, bahan sutra membantunya untuk selalu merasa segar dalam melakukan aktivitas yang padat.

Nah, soal dalih ini, lagi-lagi juga mengundang sinisme dari warga. Betapa tidak, Pak Lurah jarang sekali kelihatan dalam kegiatan seperi kerja bakti atau sejenisnya. Ketika warga mendatangi kelurahan untuk mengurus surat apa gitu, jarang sekali bisa langsung mendapatkan yang dinginkan. Keseringan mereka harus kembali keesokan harinya karena katanya Pak Lurah sedang dinas luar kota.

Kira-kira pukul 09.00 WIB, acara akan segera dimulai. Ruangan aula kantor kelurahan sudah penuh terisi tamu undangan. Sesaat setelah seorang staf kelurahan yang bertindak sebagai MC membuka acara, giliran Pak Lurah maju.

“Saudara-saudara yang berbahagia, terimakasih telah memenuhi undangan saya ini. Sengaja saya tidak menyebutkan secara pasti apa yang menjadi tujuan saya mengundang saudara-saudara semua. Itu karena saya ingin memancing kepenasaran saudara-saudara untuk mau menghadiri acara ini!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun